NEWSTICKER

5 Skema Penanganan Limbah Fukushima

N/A • 28 August 2023 14:37

Sejak 24 Agustus 2023, Jepang telah menyaring dan mengencerkan jutaan ton air yang terkontaminasi nuklir dari PLTN Fukushima Daiichi dan membuangnya ke laut. Alasannya, tangki penyimpanan air yang terkontaminasi nuklir di PLTN Fukushima Daiichi sudah hampir penuh. 

Sebelumnya, sekitar 1.000 tangki penyimpanan dengan total kapasitas 1,37 juta ton yang disiapkan oleh Tokyo Electric Power Company (TEPCO) selaku operator PLTN Fukushima Daiichi, diperkirakan bakal terisi penuh pada musim gugur 2022, dan tidak mungkin membangun fasilitas penyimpanan baru di PLTN tersebut. 

TEPCO menyatakan bahwa pada musim panas atau musim gugur tahun 2023, PLTN Fukushima Daiichi tidak lagi mampu menampung air yang terkontaminasi nuklir, dan proses pembersihan limbah dari PLTN tersebut akan tertunda jika air yang terkontaminasi nuklir tidak segera dibuang ke laut. 

Sepuluh tahun sejak terjadinya kecelakaan nuklir Fukushima, hingga saat ini status pencemaran di kawasan tersebut masih mengkhawatirkan. Pemerintah Jepang telah mengajukan lima skema penanganan limbah nuklir Fukushima.

Lima skema itu yakni pembuangan ke laut dengan anggaran sekitar 3,4 miliar yen, pembuangan ke atmosfer sebagai uap air dengan anggaran 34,9 miliar yen, dan pembuangan ke bawah tanah melalui pipa dengan anggaran 18 miliar yen, pengolahan elektrolitik dengan anggaran sekitar 100 miliar yen, serta pemadatan dan penguburan di dalam tanah dengan anggaran sekitar 243,1 miliar yen. 

Di antara lima skema tersebut, pembuangan air limbah nuklir ke laut merupakan opsi termurah, sedangkan opsi termahal adalah pemadatan dan penguburan di dalam tanah, yang diperkirakan menghabiskan biaya puluhan bahkan ratusan kali lipat dibandingkan dengan opsi pembuangan ke laut. 

Skema yang dianggap pemerintah Jepang lebih rasional dibandingkan skema pembuangan ke laut adalah mengubah limbah nuklir menjadi uap air lalu membuangnya ke atmosfer, namun biayanya lebih mahal. Prinsipnya adalah dengan menggunakan evaporator untuk mengubah air dalam limbah nuklir menjadi uap, sementara zat radioaktif tetap berada di dalam air. 

Uap air kemudian dibuang ke atmosfer, sedangkan konsentrat yang mengandung bahan radioaktif tetap disimpan dalam tangki. Solusi ini dapat mengurangi total jumlah air limbah nuklir, namun juga akan meningkatkan kesulitan dan risiko penyimpanan cairan pekat. Secara umum, skema pembuangan evaporasi ke atmosfer akan menghasilkan polusi yang jauh lebih rendah dibandingkan skema pembuangan ke laut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Metrotvnews.com

(Silvana Febriari)