Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan membantah pemerintah akan menerima mentah-mentah berbagai persyaratan yang diajukan Amerika Serikat (AS) dalam proses negosiasi penurunan tarif impor timbal balik. Luhut menyebut Indonesia akan mengajukan penawaran yang menguntungkan kedua belah pihak.
"Komersial aja basisnya. Jadi kita tetap lihat equilibrium-nya ada. Jangan juga ada di market pikir 'wah ini dinaikin kita', enggak. Kita enggak bego-bego amat kok. Kita paham betul, tapi kan gak bisa juga lu menang aku kalah, enggak bisa. Harus sama-sama kita cari equilibrium-nya," kata Luhut dalam wawancara eksklusif di Metro TV, Selasa, 22 April 2025.
"Kita ingin dia (AS) juga menikmati, tapi kita juga ingin menikmati. Jangan sampai ada yang dirugikan," sambungnya.
Sebelumnya, negosiasi delegasi Indonesia dengan pemerintah AS perihal tarif timbal balik (
resiprokal) yang dikeluarkan Negeri Paman Sam kini memasuki tahap lanjutan. Pembahasan yang dilakukan mulai menyangkut ke hal-hal teknis di dalam negosiasi.
Pembahasan mencakup pendalaman atas penawaran dan permintaan dari Indonesia, dan penjajakan mengenai format, prosedur, dan tahapan dari proses negosiasi. Pihak USTR disebut menyambut baik proposal Indonesia, dan saat ini sedang menyusun draft dari
working document yang akan memuat cakupan dan substansi negosiasi.
Beberapa isu pendalaman atas penawaran dan permintaan tersebut mencakup penyelesaian berbagai hambatan non-tarif antara lain perizinan impor,
digital trade dan
Customs Duties on Electronic Transmissions (CDET),
pre-shipment inspections dan kewajiban surveyor, dan
local content untuk industri.
Terkait pembahasan format, prosedur, dan tahapan negosiasi, kedua belah pihak sedang mengkaji dan mempersiapkan masukan berdasarkan tenggat waktu penundaan tarif selama 90 hari, dan mendorong adanya posisi bersama dalam waktu 60 hari.