Korban Pelecehan Seksual Rentan Mengalami PTSD

18 April 2025 15:49

Kasus pelecehan seksual kembali menjadi sorotan, kali ini terjadi di lingkungan yang seharusnya menjadi tempat aman, rumah sakit. Seorang dokter di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, dilaporkan memperkosa keluarga pasien setelah terlebih dahulu membius korban. Belakangan terungkap, dua pasien lain juga mengaku menjadi korban kekerasan seksual oleh pelaku yang sama.

Tak hanya di Bandung, kasus serupa juga terjadi di Garut. Seorang dokter kandungan diduga melecehkan pasiennya di ruang praktik. Aksinya terungkap setelah rekaman kamera pengawas tersebar di media sosial.

Kejadian ini menuai keprihatinan luas karena dampak pelecehan seksual terhadap korban bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikologis dan sosial. Psikolog Poppy Amalya menjelaskan, korban bisa mengalami trauma mendalam hingga gangguan stres pascatrauma (PTSD).

“Korban akan merasakan kilas balik, mimpi buruk, kecemasan, bahkan depresi. Jika tidak segera ditangani, trauma bisa terus terngiang dan memengaruhi kehidupan korban dalam jangka panjang,” ungkap Poppy dikutip dari Selamat Pagi Indonesia pada Jumat, 18 April 2025.
 

Baca Juga: Mahasiswi Korban Asusila Dokter PPDS UI Alami Trauma
 

Selain itu, korban kerap merasa malu, kehilangan rasa percaya diri, hingga menarik diri dari lingkungan sosial. Beberapa bahkan berhenti bekerja karena takut dihakimi.

Lebih lanjut, Poppy menyebut, rentetan kasus ini memunculkan trauma kolektif, khususnya bagi perempuan.

“Kejadian-kejadian beruntun ini bisa membuat perempuan takut dan tidak percaya lagi pada institusi medis. Padahal rumah sakit seharusnya menjadi tempat untuk mendapatkan pertolongan, bukan justru menjadi tempat kekerasan,” jelasnya.

Poppy juga menekankan pentingnya edukasi masyarakat mengenai batasan tubuh dan prosedur medis yang sesuai standar. Ia menyarankan pasien, khususnya perempuan, untuk berani menyuarakan ketidaknyamanan ketika merasa ada tindakan medis yang janggal. 

Ia juga menegaskan pentingnya kehadiran pendamping saat pemeriksaan medis, terutama di ruang praktik yang tertutup.

"Validasi intuisi dan emosi sendiri itu penting. Jika merasa tidak nyaman, pasien berhak menolak dan meminta penjelasan. Jangan takut, ini adalah tubuh kita, dan kita punya hak penuh atasnya,” katanya.

Di sisi lain, korban sering kali memilih diam karena merasa takut, tidak yakin apakah yang dialami termasuk pelecehan, atau takut disalahkan.

“Ada korban yang bahkan merasa itu bagian dari prosedur medis. Apalagi jika pelaku memberikan layanan secara gratis, korban makin sulit untuk bersuara karena merasa tidak punya hak untuk menuntut,” tambah Poppy.

Poppy tidak lupa untuk mengingatkan agar orang-orang terdekat menjadi sistem pendukung yang aman bagi korban. Ali-alih menyuruh melupakan atau bersabar. Biarkan korban merasa didengarkan, berikan empati, dan yakinkan bahwa mereka tidak sendiri.

Kasus-kasus ini menjadi pengingat pentingnya edukasi publik tentang pelecehan seksual di semua lini, termasuk di ranah medis. Pencegahan, edukasi, dan penegakan hukum menjadi langkah penting agar kasus serupa tak terus berulang.


(Tamara Sanny)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id