PDI Perjuangan akhirnya menyerahkan tiket Pilkada Jakarta untuk kader internalnya, Pramono Anung dan Rano Karno, bukan Anies Baswedan seperti yang santer terdengar. PDIP dinilai sedang mengambil jalan tengah dengan mengusung Pramono-Rano.
Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya atau yang akrab disapa Mas Toto menjelaskan, diusungnya Pramono Anung menjadi jalan tengah untuk mengakhiri perdebatan keras dari kader PDIP yang mendukung Anies Baswedan atau Basuki Tjahaja Purnama. Pramono menjadi pilihan karena dapat diterima semua kalangan.
Selain itu, diusungnya Pramono Anung dapat diartikan sebagai simbolisasi bahwa PDIP mulai membuka pintu komunikasi dengan Presiden Joko Widodo ataupun Presiden terpilih Prabowo Subianto.
"
Pramono Anung ini terlepas kerasnya konflik yang terjadi antara PDIP dengan Jokowi ataupun
potential conflict yang terjadi antara PDIP dengan Gerindra atau Prabowo, nama Pramono ini sering terdengar dapat diterima pihak-pihak tersebut," ujar Yunarto Wijaya.
Namun demikian, Pramono Anung disebut memiliki tugas besar untuk menaikkan elektabilitasnya. "Mas Pram namanya terkenal kalau kita bicara orang di lingkungan politik. Sepak terjangnya luar biasa, tapi kita tahu dia bukan tokoh populer," kata Yunarto.
Sebelumnya, PDI Perjuangan menunjuk Pramono Anung sebagai bakal calon gubernur (Bacagub) Jakarta. Pramono mengaku kaget dengan keputusan tersebut.
"Saya dan Bang Doel (Rano Karno) terus terang, terutama saya pribadi sama sekali 5 hari yang lalu untuk membayangkan menjadi calon itu tidak," kata Pramono dalam Breaking News Metro TV, Rabu, 28 Agustus 2024.
Namun, Sekretaris Kabinet Indonesia Maju itu siap menghadapi kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jakarta 2024. Pramono bakal berupaya keras mencari simpati masyarakat.
"Setelah mendapat amanah ini kita akan bekerja dengan sungguh-sungguh, bekerja dengan hati, turun ke bawah, sekaligus menyapa lapisan masyarakat," ungkap dia.