Kamala Harris & Donald Trump Beda Narasi Tentang Maskulinitas

11 September 2024 10:58

Strategi kampanye Kamala Harris berbeda dengan Hillary Clinton pada 2016 yang tidak menyampaikan pesan gender secara gamblang. Namun narasi Kamala Harris dan Donald Trump tentang maskulinitas tampak bertentangan dan tidak luput dari perhatian.

Kontras antara Konvensi Nasional Partai Republik dengan Partai Demokrat terpampang jelas. Begitu pula visi kedua partai tentang maskulinitas.

Harris wakil presiden perempuan pertama di AS berbagi panggung Konvensi dengan cawapres Gubernur Minnesota Tim Walz dan suaminya, Douglas Emhoff, laki-laki yang telah mengambil peran pendukung yang secara tradisional dipegang oleh perempuan. 

Pendukung Demokrat mengatakan kedua pria tersebut adalah wujud maskulinitas tonik atau sehat. Istilah yang diciptakan sebagai kebalikan dari maskulinitas toksik atau beracun, sebuah kepatuhan ketat terhadap stereotip peran gender laki-laki yang dapat mengarah pada merendahkan nilai perempuan dan kelompok lain. 

Trump menjuluki dirinya sebagai pejuang. Sebuah citra yang ditegakkan oleh cawapresnya Senator J.D. Vance. Pasangan ini menganut gaya maskulinitas yang lebih tradisional.

Walz adalah penentang narasi tersebut dari Demokrat. Dia adalah mantan pelatih sepak bola yang senang berburu, pernah menjadi anggota militer, dan suka memberikan tips perbaikan rumah dan mobil.
 

Baca juga: Debat Dimulai, Harris dan Trump Saling Serang soal Ekonomi

Mengenai kebebasan reproduksi isu utama bagi pemilih Demokrat, ia berbicara dari pengalaman pribadinya. Empati dan keterbukaan Walz kontras dengan apa yang dianggap sebagai kualitas maskulin yang lebih tradisional seperti ketegasan dan dominasi yang diadopsi Trump. 

Dengan gerakan #MeToo, kaum feminis menginginkan perubahan distribusi kekuasaan. Pembicaraan ini mungkin membuat sebagian pria merasa terancam.

Tim kampanye Trump gencar meyakinkan para pemilih pria melalui forum online yang mempromosikan maskulinitas. Sementara Partai Demokrat condong pada hak aborsi. Semua isu ini dapat memotivasi partisipasi berbagai kelompok dalam Pemilu Presiden, November mendatang. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Silvana Febriari)