Pemandu Gunung Rinjani, Agam Rinjani menceritakan detik-detik bagaimana dirinya dan tim SAR mengevakuasi jenazah
Juliana Marins. Sejumlah kesulitan harus dilalui, di antaranya kemiringan jurang, batu-batu kecil yang tidak berhenti berjatuhan hingga harus tidur menggantung semalaman.
"Si kabut itu tiga detik harus mata betul-betul fokus. Tiba-tiba batu bisa jatuh. Jarak pandang pun cuma dua meter. Batu dari 400 meter jatuh seperti dilempar orang. Jadi kami merapat ke dinding. Jadi turun sampai di bawah ketemu saya yang terakhir turun. Pas turun sudah mau gelap langsung berpetir," kata Agam dikutip dari Metro Pagi Primetime, Metro TV, Selasa, 1 Juli 2025.
Agam lanjut mengatakan tidak ada lahan mendatar yang dapat digunakan untuk tidur. Dirinya dan regu penyelamatan harus tidur dengan posisi miring.
"Tidak ada tempat tidur. Jadi posisi paling datar itu cuma sejengkal jengkal miring. Jengkal miring. Jadi kami mengebor batu lagi pasang semua pasak dan tidur menggantung. Awalnya saya tidak pakai pasak dan merosot tertidur dekat Juliana lalu naik lagi," ucapnya.
Agam menyebut
kondisi Juliana saat dievakuasi sangat parah. "Kepala korban retak berdarah, kaki korban patah, pinggang dan celana korban robek, tangan korban juga patah," imbuhnya.