Polisi masih terus melakukan penyelidikan terhadap kasus tewasnya MR (11), siswa SDN Sumber Agung, Banyuwangi, yang bunuh diri diduga akibat sering menerima perundungan oleh temannya di sekolah.
Wakasatreskrim Polresta Banyuwangi AKP Badrodin Hidayat menyebut, Polresta Banyuwangi telah beberapa kali melakukan pengecekan ulang di TKP, serta meminta keterangan dari beberapa saksi yang ada di TKP maupun saksi lain yang membantu mengevakuasi korban.
"Pihak yang sudah kami mintai keterangan sampai dengan saat ini ada sekitar 17 saksi, dari pihak keluarga, sahabat di sekolah, sahabat korban saat mengaji, maupun dari pihak tenaga pendidikan di sekolah," ujar Badrodin Hidayat.
Dari hasil pemeriksaan saksi, MR kerap menceritakan perundungan secara verbal yang dialaminya di sekolah. MR merasa kecil hati ketika teman-temannya mengejek statusnya sebagai anak yatim. Atas perlakuan para temannya, MR diketahui kerap menangis saat pulang dari sekolah. Sedangkan, berdasarkan hasil penyelidikan dari pihak medis, bahwa dilihat dari kondisi badan korban memang terpenuhi karena bunuh diri.
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat, sebanyak enam kasus perundungan pada anak Indonesia sejak Januari-Februari 2023. Pemerhati Pendidikan dan Anak Retno Listyarti menyatakan, perundungan enam kasus ini berada di tingkat tinggi, sehingga sampai menjadi LP di kepolisian.
Retno Listyarti menyebut, faktor utama dari kasus bunuh diri ini karena korban yang kehilangan ayah, sehingga korban mengalami pukulan batin dan ini berdampak secara psikologi terhadap korban.
"Ini dampaknya, anak ini sudah terpukul, belum pulih, tapi malah di bully. Ini yang mengakibatkan luka batin yang kehilangan tadi, ditambah kemudian pembully-an mengakibatkan ini anak makin terpuruk," ujar Retno Listyarti.
Retno berharap satgas anti kekerasan yang telah dibuat oleh Dinas Pendidikan Banyuwangi, harus bisa lebih peka dan mendeteksi bentuk-bentuk perundungan yang ada, sekaligus nantinya bisa memberikan konseling bagi anak.