Tiongkok kembali mendesak Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi agar menarik ucapannya yang dinilai keliru tentang Taiwan. Beijing mempertanyakan komitmen Jepang terhadap prinsip satu RRT yang selama ini menjadi dasar hubungan bilateral kedua negara.
Ketegangan meningkat setelah Sanae Takaichi menyebut serangan Tiongkok ke Taiwan sebagai ancaman eksistensial bagi Jepang. Pernyataan itu memicu reaksi keras dari Beijing. Hal ini membuat otoritas Tiongkok bersikap untuk membatasi warganya untuk masuk ke Jepang.
Pemerintah Tiongkok menilai komentar tokoh politik Jepang itu memperburuk sentimen publik dan menurunkan kepercayaan dunia. Beijing juga memastikan tidak ada rencana pertemuan antara Liich Chiang dan Takaichi di G20. Selain itu, Tiongkok membantah laporan soal dukungan teknologi militer dan menyangkal tuduhan terkait produk terkontaminasi.
Di tengah memanasnya hubungan kedua negara, Jepang dikabarkan mengirim diplomat senior Masaaki Kanai ke
Tiongkok pada 17 November 2025 untuk meredakan ketegangan akibat pernyataan Sanae Takaichi soal Taiwan. Kanai dijadwalkan bertemu Liu Jinsong untuk menjelaskan bahwa komentar tersebut tidak mewakili perubahan kebijakan keamanan Jepang.
Peringatan keras Beijing pada 14 November, pemanggilan duta besar Jepang, serta imbauan perjalanan meningkatkan kekhawatiran terhadap dampak lanjutan. Termasuk potensi penurunan wisatawan seperti pada 2012.
Media resmi Tiongkok memperburuk situasi melalui editorial yang menyebut pernyataan Takaichi sebagai provokasi. Analis ekonomi Takahide Kiuchi juga melihat risiko pada ekonomi Jepang jika jumlah wisatawan Tiongkok turun hingga 25 persen.
Presiden Taiwan, Lai Ching te, menilai langkah Beijing sebagai tekanan multifaset yang memengaruhi stabilitas Indo Pasifik dan meminta komunitas internasional mengawasi perkembangan serta mendorong Tiongkok kembali pada tatanan internasional berbasis aturan.
(Aulia Rahmani Hanifa)
Streaming