27 October 2024 12:13
Pemerintah Kota Semarang dan Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) siap menjadikan Kota Semarang pionir budidaya pangan berkelanjutan dan ramah lingkungan, demi kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu menyebut, Kota Semarang memiliki potensi lahan pesawahan yang cukup luas, khususnya di Kecamatan Tugu dengan total sekitr 400 hektare.
Dalam upaya mendukung ketahanan pangan, Pempkot Semarang berkomitmen untuk mengoptimalkan lahan ini melalui penanaman varietas padi unggul, yaitu padi biosalin.
Dalam kesempatan tersebut, Wali Kota yang akrab disapa Mbak Ita bersama Wakil Kepala BRIN, Amarullah Octavian dan kelompok tani Sumber Rezeki melakukan panen padi biosalin 1 dan 2 pada Sabtu, 26 Oktober 2024.
Mbak Ita menjelaskan, program ini merupakan bagian dari kolaborasi antara Pemkot Semarang dan BRIN. Selain itu, Pemkot Semarang berkomitmen untuk mendukung petani dengan penyediaan mesin perontok gabah, yang menggunakan bahan bakar petrasol, hasil riset dari BRIN yang memanfaatkan limbah plastik.
Keunggulan padi biosalin terletak pada produksi yang tinggi, mampu menghasilkan 6,75 ton per hektare yang berarti lebih tinggi dari rata-rata produksi nasional.
Wakil Kepala BRIN, Amarullah Octavian menambahkan, pihaknya akan terus mendampingi program penanaman padi biosalin di kawasan lahan pesisir. Selain itu, BRIN juga akan menyiapkan teknologi penyimpanan untuk hasil padi, sehingga petani dapat mengantisipasi fluktuasi harga saat panen raya.
"Efisiensi harga sehingga harga nanti harga asli, dikendalikan oleh pemerintah harga lebih murah. kalau bahan pokok sudah murah maka mudah-mudahan semuanya jadi lebih murah, terjangkau oleh rakyat." kata Wakil Kepala BRIN, Amarullah Octavian.
Dengan inisiatif ini, Pemkot Semarang dan BRIN berupaya untuk menjadikan Kota Semarang sebagai pionir dalam budidaya pangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, demi kesejahteraan rakyat dan ketahanan pangan di wilayah tersebut.