Zein Zahiratul Fauziyyah • 24 September 2025 14:00
Jakarta: Fenomena astronomi equinox atau ekuinoks kembali terjadi pada 23 September 2025 pukul 01.19 WIB. Pada saat ini, posisi matahari melintas tepat di atas garis khatulistiwa sehingga siang dan malam berlangsung hampir seimbang di seluruh wilayah bumi.
Ekuinoks sendiri berasal dari bahasa Latin aequus (sama) dan nox (malam), yang berarti “malam yang sama panjang”. Meski demikian, siang dan malam tidak benar-benar sama persis 12 jam, melainkan hanya mendekati, karena adanya faktor atmosfer bumi dan cara matahari tampak di cakrawala.
Terjadi Dua Kali Setahun
Mengutip dari laman Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (
BMKG), Fenomena ini terjadi dua kali dalam setahun, yakni pada bulan Maret dan September.
- Ekuinoks Maret menandai datangnya musim semi di belahan bumi utara dan musim gugur di belahan bumi selatan.
- Ekuinoks September sebaliknya menandai awal musim gugur di belahan bumi utara dan musim semi di belahan bumi selatan.
Pada 2025, peristiwa ini jatuh pada 23 September pukul 01.19 WIB atau bertepatan dengan 22 September pukul 18.19 UTC.
Secara astronomis,
ekuinoks terjadi ketika sumbu bumi tegak lurus terhadap sinar matahari. Kondisi ini membuat distribusi cahaya matahari relatif merata di seluruh permukaan bumi. Akibatnya, durasi siang dan malam menjadi hampir sama panjang di berbagai belahan dunia.
Fenomena ini juga menjadi penanda penting dalam kalender astronomi dan sistem penanggalan di banyak kebudayaan. Beberapa tradisi bahkan mengaitkan ekuinoks dengan momen perubahan musim, panen, hingga
ritual kebudayaan.
Meskipun tidak menimbulkan dampak ekstrem terhadap kehidupan sehari-hari, ekuinoks sering digunakan sebagai acuan dalam kajian iklim dan
pertanian. Perubahan posisi matahari yang menandai musim baru dapat memengaruhi pola cuaca, lama waktu penyinaran, serta aktivitas ekosistem.
Jangan lupa saksikan
MTVN Lens lainnya hanya di Metrotvnews.com.