Melawan Kedok Genosida

19 May 2024 16:37

Israel terus menyerang wilayah Rafah, zona yang dilindungi para pengungsi. Agresi militer Israel menyebabkan tak ada satu pun daerah yang aman di Palestina.

Sengketa Israel-Palestina meningkat ketika Hamas menyerang Isarel sebagai tindakan balasan atas kekejaman Israel selama ini. Israel pun membalas dengan menyerang Gaza, Palestina secara besar-besaran. Sehingga menyebabkan perang terbuka sejak 7 Oktober 2023.

Lokasi pertempuran pertama adalah wilaya Gaza Utara. Sebelum pertempuran, Gaza adalah rumah bagi lebih dari satu juta orang.

Kala itu, militer Isarel mengatakan masyarakat akan lebih aman jika mereka evakuasi ke Gaza Selatan. Warga diminta evakuasi melalui Jalan Salah al-Din.

Karena kondisi semakin tak menentu, warga di Gaza Utara akhirnya mengevakuasi diri ke wilayah Gaza. Para korban juga dibawa ke rumah sakit di sekitar Gaza.

Pertempuran di Gaza Utara pun meluas hingga menyebabkan wilayah Gaza menjadi ladang pertempuran selanjutnya. Serangan Isarel semakin brutal dengan menyerang banyak tempat, termasuk permukiman dan rumah sakit. 

Pihak Israel berdalih ingin menghancurkan kantong-kantong komando dan pertahanan Hamas. Israel pun mengumumkan agar warga menghindari Kota Gaza dan memerintahkan untuk mengungsi ke Gaza Seatan.

Warga yang takut akhirnya bergeser kembali ke selatan. Namun faktanya, warga yang mengungsi dibombardir Israel saat perjalanan ke Gaza Selatan.

Gaza Selatan juga bukan tempat yang aman. Satu per satu posko pengungsian dibom, stok makanan di setop, obat-obatan habis, dan warga banyak menderita kelapatan. Bantuan makanan, logistik, dan obat-obatan diblokir Israel.

Oleh sabab itu, bantuan-bantuan dikirim ke warga Palestina menggunakan parasut. Namun lagi-lagi, ketika warga hendak mengambil bantuan, mereka menjadi sasaran Isarel.

Kini, Israel menyerang Rafah dari udara dan darat. Warga yang masih hidup terpaksa harus mencari zona aman lain. 

Korban tewas akibat serangan Israel terus bertambah. Bahkan, angkanya sudah mencapai lebih dari 35 ribu korban tewas yang mayoritas anak-anak.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Silvana Febriari)