6 August 2025 08:13
Ekonomi Indonesia melambung di tengah pesimisme yang masih menyelimuti kondisi perekonomian global maupun domestik. Pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,12% secara tahunan pada kuartal II 2025. Jika dibandingkan dengan triwulan I 2025 yang hanya mencatat pertumbuhan 4,87%, lesatan ini sungguh melampaui ekspektasi.
Baik lembaga kajian ekonomi maupun konsensus pasar sebelumnya berekspektasi dan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di triwulan kedua ini tidak akan beranjak jauh dari capaian triwulan sebelumnya. Diprediksi naik, tapi tidak akan sampai menembus 5%. Namun, semua prediksi itu buyar setelah Badan Pusat Statistik (BPS), kemarin, mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,12%.
Pencapaian tersebut, di satu sisi, tentu patut diapresiasi. Angka kenaikan pertumbuhan lumayan tinggi itu semestinya menjadi penanda bahwa roda ekonomi mulai bergerak. Dari sisi produksi, BPS mencatat, hampir seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada triwulan II 2025. Lima sektor produksi utama, yaitu industri pengolahan, pertanian, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan semua tumbuh signifikan.
Dari sisi pengeluaran pun nyaris sama. Seluruh komponen pengeluaran mengalami pertumbuhan positif kecuali konsumsi pemerintah. Komponen pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar terhadap produk domestik bruto (PDB) adalah konsumsi rumah tangga dengan sumbangan sebesar 54,25%. Itu menjadikan konsumsi menjadi salah satu sumber pertumbuhan terpenting pada periode ini.
Sumber pertumbuhan penting lain ialah komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang berkontribusi 27,83% terhadap PDB. Menurut BPS, PMTB tumbuh didorong oleh investasi swasta dan pemerintah dengan belanja modal pemerintah pada Triwulan II 2025 yang tumbuh 30,37%, terutama pada komponen mesin dan peralatan.
Akan tetapi, pada saat yang sama kita juga perlu mengkritisi angka pertumbuhan yang diumumkan BPS tersebut. Sejujurnya harus kita katakan impresifnya angka pertumbuhan pada Triwulan II 2005 itu belum sepenuhnya merefleksikan kondisi di lapangan. Salah satu yang cukup mengagetkan ialah pertumbuhan industri pengolahan (manufaktur) yang pada kuartal II-2025 disebut BPS mencapai 5,68%.
Baca juga: Surplus Perdagangan Indonesia Semester I 2025 Capai USD19,48 Miliar |