PMI Manufaktur Indonesia Naik Jadi 51.2, Dunia Usaha Optimis

5 November 2025 15:44

Aktivitas manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan stabil di awal kuartal IV 2025. Berdasarkan data S&P Global, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur naik ke level 51,2 pada Oktober dari 50,4 pada bulan sebelumnya. Angka ini menandakan ekspansi sedang dalam kondisi operasional pabrikan nasional sekaligus memperpanjang tren pertumbuhan selama tiga bulan berturut-turut.

Kenaikan tersebut terutama disokong oleh meningkatnya pesanan baru dari pasar domestik, sementara permintaan ekspor justru melemah selama dua bulan beruntun akibat kondisi pasar global yang belum pulih. Di sisi lain, pasar tenaga kerja juga menunjukkan perbaikan dengan peningkatan jumlah pekerja selama tiga bulan berturut-turut hingga Oktober. Namun tekanan biaya produksi meningkat tajam karena kenaikan harga bahan baku yang mendorong inflasi input mencapai level tertinggi dalam delapan bulan terakhir.

Direktur Eksekutif CORE Indonesia Muhammad Faisal, menilai kenaikan PMI manufaktur tidak lepas dari dampak kebijakan pelonggaran fiskal dan moneter yang mendorong peningkatan permintaan domestik. 

“Kebijakan moneter yang lebih longgar dan stimulus fiskal yang digulirkan sejak Oktober memang ditujukan untuk mengangkat sisi permintaan di dalam negeri,” ujar Faisal, dikutip Zona Bisnis Metro TV, Rabu, 5 November 2025.
 


Ia memperkirakan tren positif sektor manufaktur akan berlanjut hingga akhir tahun, terutama karena adanya peningkatan belanja pemerintah menjelang tutup tahun yang mendorong konsumsi dalam negeri. Meski begitu, pelaku industri perlu berhati-hati dalam menaikkan harga produk agar daya beli masyarakat tetap terjaga.

Faisal menjelaskan, sebagian besar industri manufaktur Indonesia masih bergantung pada pasar domestik. 

“Sekitar 70 persen pasar manufaktur kita diserap oleh konsumsi dalam negeri, sementara sisanya berasal dari ekspor,” kata Faisal. 

Industri makanan dan minuman serta kimia dan farmasi disebut menjadi penyumbang terbesar terhadap perekonomian nasional. Namun, beberapa sektor seperti logam, tekstil, dan alas kaki masih menghadapi tekanan dari pasar ekspor, terutama ke Amerika Serikat dan Tiongkok. Persaingan dengan produk impor di pasar lokal juga menjadi tantangan tambahan bagi industri tekstil dalam negeri.

Secara keseluruhan, Faisal menilai arah pemulihan sektor manufaktur masih positif dan diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi hingga awal 2026, selama kebijakan fiskal dan moneter tetap konsisten mendukung sisi permintaan.

(Aulia Rahmani Hanifa)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Diva Rabiah)