CIO Danantara Pandu Patria Sjahrir memaparkan pentingnya sokongan pasar modal dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen Indonesia. Pandu memaparkan pasar modal Indonesa perlu meningkatkan volume perdagangan harian (DTV) dengan mencontoh India dan Hong Kong.
"Masalah utama dan kesempatan terbesar di Indonesia itu secara investasi adalah pasar modal. Pasar modal Indonesia per hari ini hanya kurang lebih USD1 miliar per hari. Jadi kalau bilang KPI hanya ada satu KPI bursa modal naikin daily trading volume," kata dia dalam Setahun Prabowo-Gibran, hari ini, Kamis, 16 Oktober 2025.
Selama 20 tahun terakhir, persentase bobot Indonesia dalam Morgan Stanley Capital International (MSCI) hanya stagnan di sekitar 1-2 persen. Sementara India dapat naik pesat hingga 14 persen. Hal ini menyebabkan modal global yang masuk ke Indonesia lebih kecil dibandingkan negara lain.
"Saya beri contoh India pada tahun 2012-2014 sama dengan kita. Terus terjadi demutualisasi di mereka. Sekarang mereka sudah mencapai USD12-15 miliar per hari. Kalau anda lihat Hong Kong itu lebih
besar lagi, bisa USD40-50 miliar per hari. MSCI sebagai indeks memandang juga sama. Mereka hanya kapitalis, mereka hanya mau
make money," tambahnya.
Hal itu berdampak pada sikap para pengusaha yang berfokus pada arus kas (
cash flow) bukan pada kapitalisasi pasar (market cap). Pasar modal yang lemah menghambat daur ulang modal.
"Jadi itu penting. Karena kalau lihat semua pengusaha-pengusaha di Indonesia semua di sini hanya mikir satu
cash flow. Kalau Anda ngomong pengusaha-pengusaha di luar negeri, mereka ngomong harga saham, market cap. Bukan hanya
cash flow, tapi market cap. Dan ini penting semacam
recycling of capital (daur ulang modal) di mana pengusaha bisa
cashing untuk mencari untung," ujarnya.
"Paling penting memang likuiditas
per day. Jadi ini tantangan juga buat kita semua. tadi saya contoh memang semacam tadi terjadi di negara-negara besar demutualisasi terjadi di pasar modal sebagai salah satu cara mengembangkan pasar modal itu," sambungnya.