19 December 2023 11:25
Bantuan sosial yang didistribusikan jelang Pemilu berpotensi memiliki muatan politis, bahkan seperti sudah terpola setiap lima tahun sekali. Cara-cara kampanye bansos ini disebut makin terang-terangan dilakukan, bahkan norak.
Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI), Jeirry Sumampow menyebut, fenomena kampanye menggunakan bansos bukan baru kali ini terjadi. Bahkan setiap kali pemilu, kata Jeirry, memang bansos itu digunakan oleh pihak yang berkuasa untuk kepentingan pemenangan calon yang mereka dukung.
"Bansos memang sering disalahgunakan sejak dulu dalam setiap Pemilu kita, dan sekarang digunakan lagi. Masalahnya, sekarang penggunaan bansos itu lebih terang-terangan," kata Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI), Jeirry Sumampow di Selamat Pagi Indonesia, Metro TV, Selasa 19 Desember 2023.
"Makin norak sebetulnya," tegasnya.
Sementara, pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti menyoroti kampanye bansos menciptakan politik ketakutan di masyarakat. Hal itu dilakukan bukan hanya oleh pejabat tinggi, tapi juga di level kepala desa.
"Jalau nanti tidak memilih paslon pasti bansos hilang, seakan-akan itu yang diciptakan kepada masyarakat," kata Ikrar.
Lebih lanjut Ikrar menilai, program bansos tidak efektif mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Menurutnya, jauh lebih penting memberikan modal kuat bagi rakyat.
"Misalnya bantuan modal, bantuan pekerjaan, dan sebagainya. Sehingga kemudian mereka tidak lagi terus-menerus meminta bantuan kepada pemerintah," ujarnya.