Ekspor Pasir Laut, Untung atau Buntung?

7 October 2024 18:54

Setelah pemerintah membuka keran ekspor tambang pasir laut, penolakan seolah tidak ada habisnya. Kerusakan lingkungan hingga pulau yang tenggelam menjadi bukti kerugian yang kini harus dipikul warga pesisir hingga nelayan. 

Salah satunya Pulau Ubi di Kepulauan Seribu yang tenggelam puluhan tahun silam. Tenggelamnya Pulau Ubi disebut-sebut karena tambang pasir laut.

Sekitar tahun 1950-an, masyarakat Pulau Ubi bermigrasi ke pulau Untung Jawa karena Pulau mereka tenggelam. Tim Metro TV pun mencari warga Pulau Untung Jawa untuk mengetahui kebeneran cerita tersebut.

Tak sampai 30 menit, dermaga kecil dan pasir putih di Pulau Untung Jawa menyambut Tim Metro TV. Sesepuh Pulau Untung Jawa bernama Atip menemui Tim Metro TV.

Kedua orang tua Atip merupakan asli Pulau Ubi. Ia menceritakan mengapa warga Ubi terpaksa bermigrasi ke Untung Jawa. 

"Kalau masalah itu (pengerukan pasir laut), sebagai masyarakat kurang mengetahui, memang pada waktu itu ramai ada pengerukan, tapi pindahnya masyarakat Pulau Ubi ke pulau Untung Jawa itu bukan karena pengerukan," ujar Atip.

Apakah saran dari pemerintah saat itu agar masyarakat Pulau Ubi pindah ke pulau lain adalah agar pasir Pulau Ubi bisa ditambang? Atip pun tak tahu jawabannya. 

Warga Pulau Untung Jawa belajar dari kesalahan yang lalu. Kini, mereka getol menanam mangrove untuk menjaga tempat tinggalnya.
 

Baca juga: Jokowi Ingatkan Hati-Hati soal Ekspor Pasir Laut

Sementara Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan bahwa pasir laut yang boleh diekspor adalah sedimentasi. "Yang diperbolehkan itu adalah sedimen pasir yang berada di jalur laut untuk kapal-kapal, hati-hati, tolong dilihat, kalau memang bukan itu, itu yang enggak benar," ujar Jokowi. 

Manager Kampanye Pesisir dan Laut Walhi Parid Ridwanuddin bahkan menyebut sudah banyak pulau yang menjadi korban dari ekspor pasir laut. Salah satunya Kondingareng di Sulawesi Selatan.

"Karena yang terjadi sekarang, laut kita itu butuh pemulihan, butuh penyelamatan dari Dampak krisis iklim dan saya kira kita sudah banyak sekali wilayah yang ditambah," ungkap Parid.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Silvana Febriari)