PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGE) meresmikan groundbreaking pembangunan Pilot Plant Green Hydrogen. Lokasi proyek ini berada di Ulubelu, Lampung.
Langkah ini menjadi terobosan penting Pertamina dalam mendukung transisi energi dan mempercepat bauran energi bersih sekaligus mewujudkan target Net Zero Emission (NZE) 2060. Ini menjadi yang pertama di dunia yang mengintegrasikan teknologi Anion Exchange Membrane (AEM) Electrolyzer dengan energi panas bumi sebagai sumber listrik bersih.
Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri dalam sambutannya menyampaikan bahwa proyek ini menjadi bukti nyata penerapan teknologi hidrogen hijau berbasis panas bumi. Pengembangan green hydrogen selaras dengan strategi Pertamina dalam membangun portofolio rendah karbon untuk masa depan berkelanjutan.
Sementara itu, Direktur Utama PGE Ulubelu Lampung Julfi Hadi menegaskan pentingnya percepatan pengembangan ekosistem hidrogen hijau di Indonesia. Dengan potensi panas bumi yang melimpah, Indonesia diyakini mampu menjadi pemain utama dalam pasar hidrogen hijau dunia pada 2030–2033.
"Persiapan untuk ekosistem hidrogen harus kita kerjakan. Salah satu yang mengerjakan adalah Pertamina karena kita punya end to end proses," kata Julfi, dikutip dari tayangan
Newsline,
Metro TV, Rabu, 10 September 2025.
Menurutnya, untuk mempersiapkan ekosistem di Indonesia pada 2030–2033, kondisinya akan jauh lebih baik sehingga dapat memasuki segmen hidrogen hijau dunia. Tentu saja dengan dukungan pemerintah, investasi, ESDM, dan PT Pertamina (Persero) dan proses ini harus dipercepat.
Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyampaikan apresiasi kepada Pertamina atas inovasi tersebut. Menurutnya, hidrogen hijau merupakan energi ramah lingkungan yang berpotensi besar menggantikan energi fosil di masa depan.
Ia berpendapat, dengan semakin banyak alternatif pilihan, masyarakat tentu akan membandingkan mana yang lebih efektif dan efisien. Energi terbarukan yang bervariasi akan memberikan keuntungan bagi konsumen tanpa merusak lingkungan.
"Pasar hidrogen meningkat cukup signifikan pada 2023-2024 itu baru sekitar 2 juta ton per tahun. Sementara dalam tahun 2060 progresnya naik signifikan yang diperkirakan akan menjadi sekitar 40 juta ton kebutuhan secara global," ujarnya.
Proyek
Pilot Plant Green Hydrogen Ulubelu ini ditargetkan beroperasi pada 2026 dengan nilai investasi sekitar USD3 juta. Hidrogen hijau yang dihasilkan akan dimanfaatkan untuk uji pasar, termasuk sektor
transportasi dan industri.