.
Jakarta: Psikolog Anak, Remaja, dan Pendidikan, Gloria Siagian, menekankan pentingnya peran krusial lingkungan sekitar dalam mencegah depresi yang disebabkan oleh perundungan (bullying). Menurutnya, kepekaan dan intervensi aktif dari orang tua, guru, serta teman sebaya menjadi benteng utama untuk menolong korban yang sering kali merasa berjuang sendirian.
Selama ini, yang menjadi pemicu utama memburukanya kondisi mental korban perundungan karena selalu merasa berjuang sendirian. Gloria menegaskan, yang dapat menghentikan intimidasi adalah orang-orang di sekitar, terutama para saksi.
"Perasaan berjuang sendirian ini yang kemudian akhirnya mungkin menimbulkan perasaan enggak enak, perasaan bahwa tidak ada yang peduli," ujar Gloria, dalam program Selamat Pagi Indonesia, Metro TV, Jumat, 26 September 2025.
Oleh karena itu, respons lingkungan menjadi sangat berpengaruh. Gloria menekankan pentingnya menampung perasaan korban dan menunjukkan empati. Bukan justru menyalahkan atau meremehkan pengalaman mereka.
"Setiap orang itu punya ketahanan mental masing-masing. Mereka cukup unik, sehingga rasanya kita harus mengembangkan yang namanya empati," kata Gloria.
Ia juga menyoroti peran institusi sekolah sebagai tokoh otoritas yang wajib melindungi siswa. Menurutnya, pemerintah telah memiliki regulasi untuk membentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di sekolah yang harus terus dioptimalkan.
"Tokoh otoritas yang berada di sekolah yaitu guru-guru dan staf. Itu yang harusnya melindungi juga," tutur Gloria.
Edukasi mengenai
perundungan anak dan cara membangun empati perlu terus digalakkan, baik bagi tenaga pendidik, orang tua, maupun siswa. Dengan demikian, ekosistem yang aman dan suportif dapat terbangun untuk mencegah dampak buruk perundungan.
Kenali Tanda Perubahan Perilaku
Gloria menjelaskan bahwa salah satu indikasi awal seseorang mengalami tekanan
mental adalah adanya perubahan perilaku yang drastis. Ia menyebutkan tanda-tanda ini penting untuk dikenali oleh orang-orang terdekat di sekitar korban.
"Misalnya, mereka yang tadinya senang melakukan sesuatu hal kemudian menjadi tidak suka lagi. Sering mengurung diri," ujar Gloria.
Ia menambahkan, korban juga cenderung sering membicarakan hal-hal negatif dan kesulitan melihat sisi positif dalam hidupnya. Perubahan lain yang dapat diamati mencakup penurunan prestasi akademis, penolakan pergi ke sekolah, hingga perubahan fisik seperti malas merawat diri.
(Daffa Yazid Fadhlan)