21 September 2025 09:30
Jakarta: Reog Ponorogo, kesenian tradisional khas Jawa Timur, sudah lama dikenal sebagai salah satu tarian paling ikonik di Indonesia. Dengan topeng raksasa berbentuk singa berhias bulu merak yang megah, Reog bukan hanya sekadar tontonan, melainkan juga menyimpan kisah asal-usul yang sarat makna. Menariknya, terdapat dua versi cerita yang hingga kini hidup berdampingan di masyarakat.
Versi pertama menyebutkan bahwa Reog lahir dari kisah Ki Ageng Kutu, seorang abdi Kerajaan Majapahit. Ia kecewa terhadap Raja Brawijaya yang dianggap menindas rakyat, lalu menciptakan Reog sebagai bentuk sindiran politik.
Dalam simbol tarian, Singa Barong digambarkan sebagai raja yang rakus, sementara bulu merak yang menghiasi kepalanya melambangkan para pejabat kerajaan. Setelah runtuhnya Majapahit, kesenian ini diteruskan oleh Bathoro Katong dan kemudian menjadi sarana dakwah Islam di Ponorogo.
Versi kedua berasal dari legenda Raja Kelana Sewandana dari Bantarangin. Dikisahkan ia hendak melamar Putri Dewi Ragil Kuning dari Kerajaan Kediri, tetapi perjalanannya dihalangi oleh Raja Singa Barong. Pertarungan tersebut kemudian diabadikan dalam bentuk tarian Reog, dengan tokoh-tokoh utama seperti Kelana Sewandana, Patih Bujang Ganong, Warok, hingga sosok Singa Barong yang megah.