Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang hukumnya wajib bagi yang mampu. Setiap muslim yang pergi menunaikan ibadah haji di Tanah Suci selalu berharap menjadi haji yang mabrur.
"Menunaikan ibadah haji bagi yang mampu karena berat. Mampu secara fisik, mampu secara material, dan mampu bertahan. Ibadah haji itu yang diharapkan mabrur," kata Pendakwah Ustaz Das'ad Latif dalam tayangan Metro Siang, Metro TV, Selasa, 18 Juni 2024.
Apa itu haji mabrur?
Menurut Ustaz Das'ad Latif, haji mabrur adalah ketika seorang haji pulang dari Tanah Suci, ibadah-ibadah yang dilakukan selama menunaikan
ibadah haji diimplementasikan di kehidupan sehari-hari.
"Jadi ibaratnya kru
Metro TV dikirim ke Amerika untuk belajar
broadcasting. Nah, ketika dia di Amerika, dia rajin belajar dan itu sudah sepantasnya. Tapi yang lebih penting setelah dia pulang dari pelatihan di Amerika, ilmu-ilmu yang diperoleh harus diamalkan di kantor, itu yang disebut mabrur," jelasnya.
Selama di Tanah Suci, banyak ritual-ritual ibadah yang dilakukan. Salah satunya salat berjamaah.
"Selama
ibadah haji itu kalau jemaah haji pemerintah disebut arbain, salat berjamaah 40 kali di Masjid Nabawi. Ini idealnya. Mabrurnya adalah pulang dari Tanah Suci dia tetap memelihara salat jemaah," ujar Ustaz Das'ad Latif.
"Jangan sampai dia lari berkilo-kilo meter, naik sepeda berkilo-kilo meter mampu dia tempuh, masjid yang hanya 50 meter tidak pernah didatangi. Padahal dia sudah haji. Ini bukan haji mabrur," sambungnya.
Ustaz Das'ad Latif juga mengartikan haji mabrur ketika melempat jumrah di Mina. Melempar tiga jumrah artinya simbol permusuhan abadi antara setan dan manusia. Sehingga, sifat-sifat setan harus dilawan, seperti serakah, sesat dan menyesatkan.
"Mabrurnya adalah setelah pulang dari Tanah Suci. Sebelum pakai gelar haji selalu bikin konten-konten yang hedon, pencitraan dan sebagainya. Lalu, pulang dari Tanah Suci, semua konten-konten yang bersifat setan yang sesat dan menyesatkan dia tinggalkan, itulah mabrur," ungkap Ustaz Das'ad Latif.
Ketika tawaf, kata Ustaz Das'ad, tidak boleh ada perhatian lain. Jemaah tidak boleh banyak melihat yang lain. Jika perhatian teralihkan, maka itu bukan tawaf dan tawafnya tidak sah.
"Karena dia bukan sengaja mengelilingi Ka'bah," ucapnya.
Ustaz Das'ad Latif mengartikan tawaf adalah fokus. Maka, setelah pulang dari Tanah Suci dianjurkan untuk fokus bekerja.
"Fokus itu profesional, jangan pedagang tiba-tiba menjadi politisi, tidak bisa mengurus birokrasi, tiba-tiba hanya karena banyak duit menjadi bupati, tidak tahu mengelola birokrasi. Orang yang hajinya mabrur akan profesional setelah pulang dari Tanah Suci," ungkap Ustaz Das'ad.