Alarm Kelesuan Ekonomi Indonesia

6 August 2024 14:47

Hampir semua indikator penting ekonomi yang menjadi petunjuk greget konsumsi masyarakat mengisyaratkan kelemahan. Situasi suram ini sulit dilepaskan dari apa yang kini tengah dihadapi kelas menengah yang mengurangi porsi tabungan dan mengalokasikannya untuk kehidupan sehari-hari.
 
Alarm kelesuan ekonomi dalam negeri telah berbunyi. Setidaknya ada sejumlah faktor yang menandainya, PHK besar-besaran sepanjang 2024 dan penurunan daya beli masyarakat. Merosotnya data purchasing manager index (PMI) manufaktur Indonesia pada Juli 2024 ke level 49,7 juga jadi salah satu indikator lesunya perekonomian.
 

Baca: Bedah Editorial MI - Maaf, Problem Bangsa Makin Pelik

Data PMI Indonesia saat ini ada di level terendah sejak Agustus 2021 atau di masa pandemi Covid-19. Indeks di bawah 50 menunjukkan kinerja manufaktur terkontraksi di ASEAN Indonesia memang tidak sendirian, pelemahan manufaktur juga dialami Malaysia dan Myanmar. Namun kinerja manufaktur Filipina, Thailand dan Vietnam masih di fase ekspansi yakni masing-masing 51,2, 51,7, dan 54,7.
 
Berdasarkan laporan SNP Global, sinyal lain yang juga tak kalah mengkhawatirkan ialah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kian membesar. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat jumlah karyawan yang terkena PHK per Juni 2024 naik hingga 21,45% atau 32.064 orang.
 
Baca: 32 Ribu Tenaga Kerja Jadi Korban PHK, Terbanyak di Jakarta
 
Terakhir, rilis indeks harga konsumen (IHK) mencatatkan deflasi di level 0,18% per Juli 2024. Deflasi bulan Juli lebih dalam dibandingkan dua bulan sebelumnya maupun dibanding dua tahun terakhir.
 
Hampir semua indikator penting ekonomi yang menjadi petunjuk greget konsumsi masyarakat mengisyaratkan pelemahan. Situasi terkini perekonomian Indonesia yang semakin suram itu sulit dilepaskan dari apa yang kini tengah dihadapi oleh kelas menengah. Masyarakat kelas menegah selama ini dielukan sebagai tulang punggung konsumsi nasional karena kinerja pengeluaran relatif stabil dan jumlah populasi dominan.
 
Namun mengacu pada laporan Bank Indonesia, kelas menengah bawah maupun menengah atas terlihat semakin banyak mengurangi porsi tabungan. Sedangkan pada saat yang sama, pengeluaran konsumsi dan cicilan utang meningkat. Dengan kata lain, pendapatan yang dimiliki kelas menengah Indonesia ditengarai semakin banyak tersedot untuk biaya sehari-hari yang menggerus alokasi untuk tabungan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Diva Rabiah)