DPR Tegaskan Tidak Ada PHK Massal Tenaga Honorer

PT Agel Langgeng Pastikan Pemecatan Ratusan Karyawan Sesuai Undang-Undang

PT Agel Langgeng memastikan pemecatan (PHK) 150 karyawannya yang menolak pesangon tetap dilakukan sesuai undang-undang. 

"Sekitar 45% (karyawan yang di-PHK) setuju dan menerima pesangon yang dibayarkan perusahaan sesuai ketentuan undang-undang yang berlaku," kata kuasa hukum PT Agel Langgeng, Atmadi. 

"Permasalahan yang ada sekarang ini terkait dengan sisa karyawan yang masih menolak ada 150 orang," tambahnya. 

Atmadi mengatakan, proses penyelesaian PHK 273 karyawan terus berlangsung. Dari 273 karyawan, 123 bersedia menerima pesangon. Sementara 150 karyawan yg menolak pesangon masih melakukan mediasi di Disnaker Kabupaten Pasuruan.

Pemecatan karyawan, menurut Atmadi, hal yang normal. Sebab, PHK dan pembayaran pesangon dilakukan sesuai undang-undang yang berlaku. 

Perusahaan juga menegaskan pemecatan itu tidak berhubungan dengan PT Santos Jaya Abadi selaku produsen Kapal Api seperti isu yang beredar di media sosial. 

Gelombang PHK Massal di Perusahaan Teknologi Amerika

Raksasa teknologi menikmati pertumbuhan stabil selama bertahun-tahun dan tampak sebagai pendorong kuat ekonomi Amerika Serikat. 

Namun akhir 2022 terjadi PHK massal di beberapa perusahaan teknologi di Amerika Serikat seperti Twitter dan Amazon. Sementara perusahaan induk Facebook dan Instagram memangkas belasan ribu karyawan.

Sebagian perusahaan mungkin terlalu percaya diri dengan cepatnya mendapatkan hasil dari kampanye re-branding yang sering membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk tercapai. Namun, sebagian analis optimistis karena AS masih memiliki 10 juta lowongan kerja bidang teknologi.

Badai PHK di Startup Indonesia

Di saat ekonomi sedang memulihkan diri dari dampak pandemi covid-19, badai PHK melanda perusahaan-perusahaan rintisan (startup). Sekjen Asosisasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (AMVESINDO), Eddie Danusaputera memaparkan, fenomena ini adalah imbas kenaikan dari harga komoditas karena terjadinya perang dan berbagai macam peraturan. 

Untuk bisa bertahan dan tumbuh, perusahaan startup harus melakukan efisensi yang satu di antaranya adalah mengurangi jumlah karyawan. Jurus 'bakar uang' pada masa-masa awal sebagai biaya promosi yang merupakan kelaziman, sudah waktunya dikurangi dan digunakan untuk membangun aset. 

 

Musim Dingin Startup Indonesia

Startup global baru-baru ini mengambil langkah PHK karyawan. Langkah efisiensi ini tidak lepas dari kondisi ekonomi global yang kian menantang, seperti direspons oleh Bank Sentral Amerika Serikat dengan menaikkan suku bunga acuan dan mengurangi jumlah uang yang beredar di pasar. Investor asal Amerika Serikat pun kini lebih selektif dalam berinvestasi.

Startup teknologi edukasi Zenius dan PT. Fintek Karya Nusantara atau Link Aja juga melakukan re-organisasi yang berdampak pada PHK sejumlah karyawan. Sekjen  Asosisasi Modal Ventura dan Startup Indonesia Amvesindo Eddie Danusaputera berpendapat langkah PHK adalah langkah yang baik untuk keberlanjutan perusahaan. Selain itu referensi investor kali ini juga berubah yang mana investasi lebih banyak masuk ke perusahan yang sudah berhasil bertumbuh. Perusahaan harus lebih bijaksana dalam mengelola uang investor sehingga memberikan keuntungan maksimal bagi pertumbuhan dan perbaikan keuangan. Di saat seperti ini, perusahaan rintisan perlu mengevaluasi model bisnisnya supaya lebih vision, terutama jika modal promosi perusahaan terlalu besar dan belum menemukan titik terang untuk mulai mendapat keuntungan.

Ancaman Gelombang PHK Perusahaan Penerbangan

Maskapai penerbangan terus merugi, diprediksi gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada penerbangan akan terjadi pada Agustus - September 2020. Indonesia National Air Carriers Association (INACA) menyatakan kerugian disebabkan tingkat okupansi yang tidak sebanding dengan beban operasional.

Waspada Tsunami PHK

Memasuki era new normal, gelombang PHK diperkirakan semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini dinilai menjadi pilihan yang tidak bisa terhindarkan karena tekanan pandemi covid-19 terhadap perekonomian semakin berat.