5 May 2024 19:32
Meninggalnya Taruna tingkat I Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Putu Satria Ananta Rustika membawa duka mendalam bagi orang tuanya. Pihak keluarga belum bisa menerima kepergian anaknya yang meninggal secara tragis.
Kedatangan jenazah Putu Satria Ananta Rustika di Bandara Ngurah Rai, Bali, disambut isak tangis keluarga. Pihak keluarga tak menyangka anaknya menjadi korban penganiayaan seniornya sendiri.
Kerabat terus berdatangan ke rumah duka di Banjar Bandung, Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali. Jenazah Putu akan dimakamkan pada Jumat, 10 Mei 2024.
Peristiwa ini bermula saat korban bersama empat teman seangkatan selesai melakukan kegiatan jalan santai pada Jumat pagi, 3 Mei 2024. Selanjutnya, Putu dan rekan-rekannya dipanggil para senior terduga pelaku dan menegurnya.
Para senior itu mempermasalahkan Putu yang masih menggunakan pakaian olahraga dan diminta ke kamar mandi di lantai 2. Di sana, mereka diminta untuk berbaris dengan posisi Putu berada di depan teman-temannya.
"Kemudian korban dipukul dengan tangan mengepal sebanyak 5 kali ke arah ulu hati, setelah itu korban lemas langsung terkapar," kata Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Gidion Arif Setyawan saat dikonfirmasi.
Setelah itu, rekan seangkatan Putu diminta pergi dari kamar mandi untuk kembali mengikuti kegiatan pembelajaran. Sementara itu, Putu langsung dibawa ke klinik kampus. Nahasnya, pria asal Bali ini dinyatakan sudah tidak bernyawa.
Jenazah korban yang mulanya berada di Rumah Sakit Taruma Jaya sudah dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk pemeriksaan lebih lanjut. Terutama, laboratorium forensik dan visum guna mengetahui pasti penyebab kematian.
"Ada dugaan akibat kekerasan yang dilakukan oleh oknum seniornya tingkat 2 dalam kegiatan tadi pagi yang dilakukan oleh senior-seniornya terhadap korban," ujar Gidion.
Sejumlah senior korban telah diamankan di Polres Metro Jakarta Utara untuk menjalani pemeriksaan intensif. Selain itu, polisi memeriksa CCTV untuk menyamakan dengan keterangan para senior Putu.