Pertumbuhan Ekonomi 5,12% di Luar Prediksi

7 August 2025 11:44

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2025 mencapai 5,12% secara tahunan. Hal ini bahkan melampaui jauh ekspektasi pasar yang sebelumnya memproyeksikan hanya 4,50%.

"Ekonomi Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) pada Triwulan II-2025 atas dasar harga berlaku sebesar Rp5.947 triliun atas dasar harga konstan sebesar Rp3.396,3 triliun sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan II-2025 bila dibandingkan dengan triwulan II 2024 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,12%," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS RI Moh. Edy Mahmud, baru-baru ini. 

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan tingginya pertumbuhan pada Triwulan II-2025 turut disokong oleh perbaikan kinerja manufaktur. Menurutnya, kinerja keuangan di sektor retail seperti pabrik, minimarket, outlet di mall tumbuh pada semester pertama. Bagi Airlangga, hal ini mematakkan isu Rohana (Rombongan Hanya Nanya) dan Rojali (Rombongan Jarang Beli) yang belakangan berkembang.

"Seluruhnya semester satu ini pertumbuhannya mendekati 5%, 4,99%, 6,85%, dan 12,87%. Ini menunjukkan bahwa terkait dengan isu Rohana dan Rojali ini isu yang ditiup-tiup. Jadi, faktanya berbeda," ujar Airlangga. 

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan pemerintah akan tetap berpedoman terhadap data yang dikeluarkan oleh BPS yang telah menjelaskan data pertumbuhan ekonomi tersebut secara detail. Mulai dari metodologi hingga sumber informasi.

"BPS tentunya menjelaskan mengenai datanya, metodologinya, sumber informasinya. Kita tetap mempercayai BPS," ucap Sri Mulyani. 
 

Baca juga: Konsumsi Rumah Tangga Topang Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang melampaui ekspektasi ini sontak menimbulkan pertanyaan di kalangan pengamat dan pelaku pasar. Apakah capaian ini benar mencerminkan kondisi ekonomi ril di lapangan? Pasalnya, kini menurunnya daya beli masyarakat Indonesia di mal belakangan telah memunculkan istilah baru yang ramai di media massa. 

Istilah tersebut yakni Rojali atau Rombongan Jarang Beli dan Rohana atau Rombongan Hanya Nanya. Kendati terkesan lucu, namun fenomena itu menggambarkan perekonomian masyarakat Indonesia yang sesungguhnya. 

Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi meminta fenomena ini tidak ditanggapi sebagai lelucon. Menurutnya fenomena Rojali dan Rohana muncul karena dipengaruhi banyak faktor.

"Kalau dari sisi pemerintah itu adalah hasil dari stimulus-stimulus yang disiapkan oleh pemerintah," tuturnya. 

Meski demikian, BPS menegaskan pertumbuhan makroekonomi Indonesia saat ini mencerminkan perbaikan di sejumlah sektor utama. Salah satunya industri pengolahan yang kembali menjadi motor penggerak ekonomi serta tren positif pada investasi dan ekspor setelah perlambatan tajam sebelumnya. 

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Silvana Febriari)