21 August 2025 18:08
Jakarta: Ludwig van Beethoven tercatat dalam sejarah bukan hanya sebagai komposer besar. Ia menjadi simbol manusia yang mampu melampaui keterbatasan. Beethoven lahir di Bonn, Jerman, pada 1770. Sejak kecil ia menunjukkan bakat musik luar biasa. Lingkungan keluarganya keras. Ayahnya mendidik dengan disiplin tinggi agar anaknya menjadi seorang virtuoso. Tekanan itu membentuk tekad serta keterampilan yang kemudian membawanya ke Wina, pusat musik klasik Eropa.
Pada usia akhir 20-an, Beethoven mulai kehilangan pendengaran. Kondisi ini dianggap akhir bagi banyak musisi. Ia memilih jalur berbeda. Beethoven terus mencari cara untuk tetap
berkarya. Salah satu upayanya dilakukan dengan menggunakan tongkat kayu yang ditempelkan pada piano. Ujung tongkat digigit agar getaran nada dapat dirasakan melalui rahang. Dengan cara tersebut, ia tidak lagi mengandalkan telinga. Ia merasakan musik melalui vibrasi tubuh.
Beethoven juga memiliki imajinasi musikal yang tajam. Ia mampu membayangkan suara dengan sangat akurat. Gagasannya tercatat dalam sketchbooks yang berisi coretan ide musik. Catatan itu memperlihatkan ketelitian dalam setiap detail. Beethoven sering mengulang melodi dalam pikirannya sampai menemukan bentuk terbaik. Ia menata harmoni, dinamika, serta emosi tanpa perlu mendengarkan secara fisik. Imajinasi penuh disiplin menjadikan setiap komposisi memiliki kekuatan yang khas.
Kehilangan pendengaran tidak mengurangi daya cipta. Justru lahir karya dengan kedalaman emosional tinggi. Simfoni Kelima menggambarkan perlawanan terhadap nasib. Empat nada pembukanya menjadi salah satu motif paling ikonik dalam sejarah musik. Simfoni Kesembilan menghadirkan paduan suara dengan “Ode to Joy”. Karya tersebut menjadi pernyataan universal tentang kebebasan dan persaudaraan.
Baca Juga: Menkum: Lagu Indonesia Raya Bebas Royalti |