5 March 2024 14:57
Hasil rekapitulasi suara di Komisi Pemilihan Umum (KPU) berulang kali mendapat perhatian berbagai pihak. Sebab, data yang muncul di aplikasi Sirekap kerap bermasalah. Tidak validnya data pada sistem ini pun menimbulkan pertanyaan. Apakah Sirekap layak dijadikan alat referensi dalam penyelenggaraan Pemilu?
Pakar IT dan Chairman Indonesia Cyber Security Forum Ardi Sutedja mengungkap bahwa error dalam sebuah sistem bisa saja dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Menurutnya, semua teknologi tidak ada yang 100% sempurna.
"Sirekap itu hanya sarana, salah satu alat untuk mempercepat rekapitulasi penghitungan suara," kata Ardi dalam tayangan Metro Siang, Metro TV, Selasa, 5 Maret 2024.
Sirekap, kata Ardi, tidak bisa dijadikan pegangan utama sebagai hasil akhir Pemilu 2024. Masih ada proses lanjutan dan proses itu masih berjalan.
"Yang paling penting adalah bagaimana kita mengawas proses ini," ujarnya.
Ia juga melihat ada anomali suara dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) di Sirekap yang tiba-tiba melonjak. "Anomali ini harus kita telusuri kenapa seperti itu," ucap Ardi.
Ardi berpendapat bahwa untuk menelusuri adanya anomali suara di Sirekap harus melihat dari berbagai sisi. Sebab, hal ini memerlukan suatu proses yang rinci dan detail.
"Kenapa anomali ini bisa terjadi? Karena kalau kita di forensik harus lihat semua unsur, tidak hanya melihat satu sisi, semua sisi harus kita lihat, sampai kita melihat sesuatu bisa menjelaskan ini bisa terjadi," jelas Ardi.
Menurut Ardi, Sirekap tidak diretas. Melainkan, adanya masalah kepatuhan, tata kelola, dan manajemen risiko yang tidak dipatuhi dalam mengembangkan aplikasi ini hingga membuat kekisruhan.