Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menyebut pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka mendapat respons negatif di media sosial. Respons negatif tersebut disebabkan oleh isu dinasti politik dan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) beberapa waktu lalu.
"Masalahnya sebenarnya bukan Gibran secara pribadi, tapi framing negatif yang diletakkan pada diri Gibran itu membuat dirinya kurang positif di media sosial," kata Burhanuddin dalam tayangan Breaking News Metro TV, Rabu, 25 Oktober 2023.
Menurut Burhanuddin, putusan MK terakhir yang dibacakan Ketua MK Anwar Usman dituding untuk membuka jalan Gibran maju sebagai cawapres. Isu tersebut membuat popularitas Gibran dan Prabowo terdampak di media sosial.
"Masalah yang banyak dihadapi pasangan capres-cawapres yaitu mengkonsistenkan dukungan elite dengan dukungan di tingkat massa," ujar Burhanuddin.
Burhanuddin menilai jika elite partai pendukung Prabowo dan Gibran konsisten, maka Prabowo-Gibran akan mendapat popularitas di angka 45%. Namun pada kenyataannya, hanya Gerindra yang dinilai konsisten.
"Sekitar 80?sis Gerindra itu memilih Prabowo, untuk Golkar, PAN, Demokrat, itu relatif belum maksimal kisaran 40-50%," jelasnya.
Pengamat politik itu juga menyebut Demokrat perlu mendapat apresiasi. Sebab, Demokrat belum lama pindah dari koalisi Anies ke koalisi Prabowo.
"Saya punya hipotesis Prabowo-Gibran tidak serta merta membuat bahagia, terutama basis pendukung Prabowo di 2019. Jadi memilih Prabowo hari ini itu 30?tang dari basis Pak Jokowi 2019, 58?tang dari pendukung Pak Prabowo yang lama. Sebagian 38% pendukung Prabowo 2019 pindah ke Anies," ungkap Burhanuddin.
Pindahnya pendukung Prabowo ke Anies disebabkan oleh Prabowo yang masuk ke dalam pemerintahan Joko Widodo. Para pendukung tidak senang pilihan Prabowo tersebut.
"Ini bisa menjadi masalah serius karena sebagian pendukung Prabowo lama itu karakter dan sikap politiknya cenderung kritis terhadap Pak Jokowi," ucapnya
Burhanuddin menyebut bahwa pasangan Prabowo-Gibran merugikan Ganjar. Namun, menguntungkan Anies.
