20 October 2025 15:05
Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa, membela target ambisius pertumbuhan ekonomi sebesar delapan persen yang diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto. Purbaya menegaskan, pandangan yang menyebut target itu "angan-angan" adalah salah, sebab pertumbuhan agresif wajib bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah.
Purbaya mengatakan, negara maju seperti Jepang, Korea, Taiwan, dan Tiongkok pernah mencatat laju pertumbuhan dua digit selama lebih dari sepuluh tahun. Menurutnya, laju pertumbuhan Indonesia saat ini yang berada di lima persen tidak cukup untuk mengejar ketertinggalan.
"Untuk sebuah negara bisa jadi negara maju, dia perlu menciptakan pertumbuhan double digit selama 10 tahun lebih. Jadi memang harus ada suatu kebijakan yang agresif," ujar Menkeu dalam Satu Tahun Prabowo-Gibran, Metro TV, Kamis, 16 Oktober 2025.
Ia mencontohkan keberhasilan Korea Selatan. Negara tersebut tidak hanya mengandalkan industrialisasi yang dipimpin negara (state-led industrialization) dan ekspor agresif, tetapi juga dukungan penuh terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Korea menciptakan bank khusus UMKM, lembaga penjaminan pinjaman, hingga kebijakan moneter yang mewajibkan bank menyalurkan kredit minimal 40 persen lebih dari total Dana Pihak Ketiga (DPK).
"Mereka mendukung sektor UMKM dengan sungguh. Ekspor Korea dari UMKM sempat mencapai 45 persen dari total ekspor mereka. Jadi bukan perusahaan besar saja," tegas Purbaya.
Baca Juga : Menkeu Purbaya Bertekad Perbaiki Iklim Investasi
Kritik dan Strategi Sumitronomics
Purbaya juga menyoroti fondasi kebijakan moneter. Mengutip pemikiran ekonom Milton Friedman, ia menyatakan bahwa kebijakan moneter longgar atau ketat seharusnya tidak diukur dari suku bunga, melainkan dari laju pertumbuhan uang primer (M0) atau uang beredar.
Saat ini, ekonomi Indonesia menghadapi masalah deindustrialisasi, di mana kontribusi sektor manufaktur terus menurun. Aktivitas ekonomi kini lebih banyak ditopang oleh sektor bernilai tambah rendah seperti jasa.
Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah baru memperkenalkan strategi ekonomi yang disebut Sumitronomics. Strategi ini memiliki tiga pilar utama: pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan manfaat pembangunan, dan stabilitas nasional yang dinamis.
"Dua (pilar) sudah jalan. Program pemerataan dan stabilitas nasional yang dinamis tumbuh kalau kita memberi program utamanya langsung ke rakyat. Sekarang kewajiban saya menghidupkan yang pertumbuhan ekonomi yang tinggi supaya semuanya lengkap," jelasnya.
Injeksi Likuiditas
Purbaya mengklaim, kebijakan intervensi fiskal dan moneter yang agresif telah dilakukan. Injeksi uang ke sistem finansial terbukti berdampak, dengan pertumbuhan M0 kini mencapai 13,2 persen.
"Gelontoran uang saya sudah menambah likuiditas di sistem finansial kita secara signifikan. Saya akan monitor itu dari bulan ke bulan seperti apa. Kalau kurang saya tambah lagi. Saya masih punya uang banyak," pungkas Menkeu Purbaya.
(Muhammad Fauzan)