Mataram: Seorang pemimpin yayasan pondok pesantren (ponpes) di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), berinisial AF, dilaporkan oleh para santrinya atas dugaan pelecehan seksual ke Polresta Mataram. Para santri berani melayangkan laporan setelah menonton film serial asal Malaysia berjudul Bidaah.
Kasat Reskrim Polresta Mataram, AKP Regi Halili, membenarkan adanya laporan tersebut. Hingga saat ini, polisi telah menerima enam laporan resmi dari mantan santri yang mengaku menjadi korban.
"Memang mereka sebelum laporan sudah berkumpul. Nah setelah itu adalah film-film yang tersebar kaitannya dengan
Walid (tokoh dalam film Bidaah). Nah di situlah korban penasaran, kok kejadiannya benar, kok kejadiannya sama apa yang kita rasakan. Akhirnya korban lakukan laporan di Polres," ujar AKP Regi Halili, seperti dikutip dari
Newsline Metro TV, Rabu, 23 April 2025.
Film Bidaah mengangkat isu kekerasan seksual di lingkungan pendidikan agama. Alur ceritanya mirip dengan apa yang dialami para santri di ponpes.
AF merupakan seorang tokoh masyarakat berusia yang sekitar 60 tahun dan dikenal sebagai tuan guru. Ia menjabat sebagai Ketua Yayasan Pesantren dan memiliki posisi terhormat di lingkungan masyarakat. Para alumni santri merasa apa yang dilakukan AF mirip seperti Walid.
Menurut data Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram, jumlah korban diduga mencapai lebih dari 20 orang. Sebagian besar merupakan alumni ponpes.
Dari jumlah tersebut, sekitar 10 korban melaporkan telah mengalami tindakan persetubuhan. sSementara lainnya mengaku mengalami pencabulan dan manipulasi psikologis.
Peristiwa dugaan pencabulan ini disebut berlangsung sejak 2016 hingga 2023. Sebagian besar terjadi di ruang kelas pesantren pada malam hari saat para
santri sedang beristirahat. Polisi saat ini masih terus mengumpulkan bukti dan melakukan penyelidikan untuk mengembangkan kasus lebih lanjut.
(Zein Zahiratul Fauziyyah)