31 December 2024 00:44
Pengamat penerbangan Alvin Lie menyebut penyebab utama jatuhnya Jeju Air bukan karena menabrak burung. Ia justru pertanyakan roda pesawat yang tidak keluar dan flap konfigurasi sayap yang tidak sesuai.
“Saya sangat meragukan kecelakaan disebabkan pesawat menabrak burung. Ini bukan sesuatu yang luar biasa karena cukup sering tetapi tidak cukup parah. Hal ini tergantung bagian pesawat mana yang terkena burung dan sebesar apa tubuh burung itu,” kata Alvin dalam Primetime News, Metro TV, Senin, 30 Desember 2024.
Alvin menyebut kasus yang kerap ditemukan adalah ketika burung dengan ukuran besar menabrak kaca kokpit sehingga menghalangi pandangan pilot atau burung menabrak mesin sehingga terbakar. Tetapi apabila berdampak pada mesin, seharusnya mesin lainnya masih dapat berfungsi.
Baca: NTSB AS Pimpin Investigasi Kecelakaan Jeju Air di Korea Selatan |
“Dengan menggunakan satu mesin saja pesawat seharusnya masih dapat didaratkan dengan terkendali. Kejadian menabrak burung pernah terjadi di Amerika beberapa tahun lalu ketika pesawat Airbus menabrak burung, satu mesin mati tetapi pesawat masih dapat mendarat di Sungai Hudson. Artinya pesawat memang sudah dirancang dengan antisipasi risiko itu,” ucapnya.
“Yang terjadi di Jeju, Korsel kemarin mungkin pesawat menabrak burung. Tetapi yang jadi soal kenapa pesawat mendarat tanpa mengeluarkan roda bahkan flap konfigurasinya juga tidak dikonfigurasi untuk landing,” jelasnya.
Alvin menyebut dalam video yang beredar tidak ada tampak asap muncul dari mesin. “Jadi mesin kalaupun mati tidak terbakar. Kemudian juga kenapa roda tidak bisa dikeluarkan? flap konfigurasi sayap pun tidak dalam konfigurasi untuk mendarat sehingga seharusnya bisa mengurangi laju pendaratan,” ucapnya.