11 October 2023 22:21
Publik sejauh ini disajikan tiga nama yang akan berkontestasi dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Mereka ialah Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo. Akan tetapi, hanya Anies yang telah memiliki pasangan yang tetap, yakni Muhaimin Iskandar.
Pasangan tersebut juga telah mengantongi gabungan parpol untuk memenuhi syarat ambang batas presiden. Gabungan parpol itu ialah Partai NasDem, PKB, dan PKS.
Adapun parpol pendukung Prabowo maupun Ganjar belum juga berhasil memilih secara pasti sosok pendamping mereka. Yang pasti hanyalah Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri yang nyata-nyata menolak wacana Prabowo dan Ganjar untuk berpasangan.
Kalaupun ditanyakan, jawaban paling klise hanyalah kepastian kalau nama pendamping sudah ada di kantong. Satu kepastian yang tidak memberi kepastian. Kebenaran dan keberadaan sosok calon wakil presiden saat ini hanya bisa diketahui oleh si pemilik kantong.
Sehingga, wajar bila muncul beragam tafsir untuk mengetahui isi kantong para pemegang kuasa. Termasuk dengan menghubung-hubungkan sejumlah peristiwa.
Mahkamah Konstitusi (MK) akan memutuskan gugatan pasal batas usia pada 16 Oktober. Keputusan itu seakan menjadi penentu mulus tidaknya langgam putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka untuk menjadi pendamping Prabowo. Niatan yang telah disuarakan sejumlah pendukung Prabowo. Putusan dari institusi yang kini dipimpin oleh adik ipar Presiden Jokowi tersebut hanya selisih tiga hari dengan pendaftaran pasangan capres dan cawapres pada 19 Oktober.
Publik ingin percaya bahwa sembilan hakim konstitusi memutus perkara tersebut berdasarkan nalar sehat dan mengingat posisi mereka sebagai wakil Tuhan di dunia. Bukan menjadi instrumen legalisasi dalam menopang dinasti Jokowi dengan memuluskan Gibran yang kini menjadi Wali Kota Solo.
Selain Gibran, nama lain yang disebut-sebut bisa mendampingi Prabowo adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Adapun PDIP, PPP, dan parpol lainnya juga belum berhasil menampilkan sosok untuk mendampingi Ganjar. Meskipun, sebenarnya PDIP telah mengantongi golden ticket untuk sendirian mengusung pasangan capres dan cawapres.
Logikanya, PDIP tidak perlu ragu apalagi galau dalam menentukan pasangan bagi Ganjar. Tetapi faktanya, Ganjar belum juga memiliki pasangan. Yang ada baru prediksi, analisa, atau spekulasi. Seperti, Menko Polhukam Mahfud MD, Khofifah Indar Parawansa, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, dan mantan Panglima TNI Andika Perkasa.
Presiden dan wapres idealnya ialah dwitunggal. Cawapres bukan sekadar untuk menanggung amunisi atau pendulang suara. Apalagi, kalau sekadar titipan pihak berkuasa.
Kehadiran pasangan calon presiden dan wakil presiden sejak awal akan membantu bagi publik, pasangan calon, maupun partai politik.
Bagi parpol maupun pasangan calon, kepastian pasangan capres dan cawapres tentu berguna untuk lebih dikenal dan menaikkan elektabilitas.
Adapun publik hanya ingin tetapi juga berhak mengetahui dan menilai sejak awal siapa sosok pemimpin yang mereka inginkan.
Keputusan partai politik untuk mengungkapkan pasangan calon pemimpin sejak dini menunjukkan sikap menghormati hak rakyat untuk tahu. Karena, rakyat bukan objek yang hanya boleh mendapatkan karung tanpa mengetahui isi.