Jakarta: Ketika membicarakan korupsi, sebagian orang membayangkan tokoh fiktif dalam film-film thriller. Namun kenyataannya, salah satu kasus korupsi paling mencengangkan dalam sejarah dunia dilakukan secara nyata oleh satu orang yakni, Mobutu Sese Seko, mantan Presiden Zaire, kini dikenal sebagai Republik Demokratik Kongo.
Mobutu naik ke tampuk kekuasaan pada tahun 1965 melalui kudeta militer. Selama lebih dari tiga dekade memimpin negaranya, ia dituding secara sistematis menguras kekayaan negara untuk kepentingan pribadi.
Diperkirakan Mobutu menggelapkan dana negara sebesar 5 hingga 15 miliar dolar AS. Bukan rupiah, bukan triliun, tetapi miliaran dolar dan ia melakukannya nyaris sendirian.
“Jet pribadinya dilapisi emas, ia membangun istana megah di beberapa negara, dan hidup layaknya seorang kaisar. Sementara rakyatnya hidup dalam kemiskinan ekstrem, tanpa akses pendidikan, kesehatan, bahkan pangan yang layak,” ungkap sejumlah laporan investigatif dari waktu ke waktu.
Meski dikenal sebagai diktator korup, Mobutu tetap mendapat dukungan dari negara-negara Barat karena posisinya sebagai sekutu penting dalam blok anti-komunis selama era perang dingin.
Banyak pihak menilai, inilah alasan mengapa ia tidak pernah ditindak secara hukum selama masih berkuasa.
Ia baru terguling pada tahun 1997 melalui pemberontakan bersenjata yang dipimpin Laurent-Désiré Kabila. Saat itu, Mobutu melarikan diri dari negaranya, tetap dengan kekayaan luar biasa di tangan.
Kasus Mobutu menjadi simbol bagaimana kekuasaan absolut dan korupsi dapat berjalan beriringan, menghancurkan ekonomi negara, dan merampas hak hidup jutaan warga.
Kisah Mobutu bukan hanya lembar sejarah Afrika. Ia juga menjadi peringatan bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia. Korupsi dalam level ekstrem bisa menghancurkan masa depan bangsa.
Sebab, terkadang koruptor terbesar bukan yang bersembunyi melainkan yang berada di puncak kekuasaan.