Posyandu kini tidak lagi sekadar tempat penimbangan balita, tetapi menjadi ujung tombak dalam mencegah stunting di tengah masyarakat. Warga menilai peran Posyandu sangat penting dalam menjaga kesehatan anak usia dini.
“Perannya ya untuk cek kesehatan anak-anak balita. Bisa banget untuk cegah stunting. Saya ke Posyandu sebulan sekali,” ujar warga Meta dikutip dari Newsline Metro TV pada Kamis, 17 April 2025.
Senada, Erna, warga lainnya menambahkan bahwa Posyandu kini jauh lebih lengkap dibanding dulu. “Dari 0 sampai 5 tahun dicek kesehatannya. Sekarang juga lengkap, ada imunisasi, kunjungan puskesmas, jadi bisa bantu cegah stunting,” katanya.
Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Wihaji menjelaskan bahwa Posyandu merupakan kolaborasi dari banyak pihak, termasuk Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, serta kader-kader keluarga berencana (KB). Posyandu berfungsi sebagai tempat pemantauan tumbuh kembang anak, mendeteksi risiko stunting, dan memastikan balita mendapatkan pelayanan gizi serta kesehatan yang layak.
“Di Posyandu itu ada kader desa, kader KB, dan bidan. Semua bersinergi. Kita pastikan anak-anak tumbuh sehat, berat badan dan tinggi badan sesuai, dan risiko stunting bisa ditekan,” jelas Wihaji.
Ia menambahkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kesehatan anak kini makin meningkat. Dulu, jumlah anak banyak tapi kesadaran rendah. Sekarang, meski anak tidak sebanyak dulu, kepedulian orang tua jauh lebih tinggi.
Dalam hal pendekatan keluarga berencana, Wihaji menekankan pentingnya perencanaan dalam seluruh tahapan hidup.
“Keluarga Berencana bukan cuma soal kontrasepsi. Tapi soal kesiapan
hamil, mengatur jarak kelahiran, dan memastikan keluarga tumbuh dengan perencanaan agar lebih sehat dan sejahtera,” tegasnya.
Salah satu inovasi besar untuk menekan angka stunting adalah program Genting atau Gerakan Nasional Orang Tua Asuh Anak Stunting. Program ini mengajak masyarakat luas menjadi orang tua asuh bagi anak-anak dari keluarga berisiko
stunting (KRS).
“Indonesia itu negara paling dermawan. Maka dari itu, kami luncurkan Genting. Saat ini sudah ada 132.000 anak asuh dan 15.000 orang tua asuh, baik individu, korporasi, perguruan tinggi, maupun media. Target kami 1 juta anak Indonesia diasuh,” papar Wihaji.
Program Genting juga didukung penyuluh dan lembaga yang memberikan bantuan gizi, air bersih, hingga fasilitas MCK. Selain itu, perguruan tinggi seperti Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah Malang turut membantu edukasi di daerah prioritas seperti Papua dan NTT yang masih memiliki angka stunting cukup tinggi.
“Ini gerakan bersama. Kita sedang bangun masa depan anak-anak Indonesia agar bebas dari stunting,” tutup Wihaji.
(Tamara Sanny)