Ini Penyebab Anak Susah Konsentrasi

Ilustrasi anak. Metrotvnews,com (Rhobi Shani)

Ini Penyebab Anak Susah Konsentrasi

Achmad Zulfikar Fazli • 13 April 2025 18:36

Jakarta: Gangguan belajar kerap dialami anak-anak, dan dimulai dari terganggunya konsentrasi anak. Misalnya, saat belajar di kelas, anak sering lemas atau mengantuk.

Keluhan lainnya dari orang tua adalah anak terkendala saat mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini tentu saja akan memengaruhi nilainya. 

Dokter spesialis anak dari RSIA Bina Medika Bintaro, dr. Rizki Aryo Wicaksono, Sp.A, mengatakan kondisi tersebut bukan berarti anak tidak cerdas. Tapi, bisa jadi anak mengalami anemia defisiensi zat besi, atau anemia karena kekurangan zat besi yang dapat mengakibatkan anak menjadi mudah lelah dan tidak bersemangat.

Rizki menjelaskan anak yang mengalami anemia karena kekurangan zat besi dapat mengalami gagal tumbuh organ. Sehingga, kekurangan asupan oksigen.

"Jangka pendeknya, pasti anaknya jadi kekurangan sistem pertahanan tubuh, karena sel darah merahnya tidak terdistribusi dengan baik. Jangka panjangnya, karena kekurangan oksigen terus, nanti jadi gagal tumbuh. Organ-organnya tidak mendapatkan oksigen dan akhirnya menjadi gagal tumbuh," kata Rizki dalam keterangannya, Minggu, 13 April 2025.

Kondisi anemia pada anak mengakibatkan kelelahan fisik. Bila diabaikan, ini membuat anak susah belajar. “Yang lebih parahnya lagi, kalau misalkan oksigen itu tidak mencapai ke otak. Akhirnya anak-anak lebih cenderung tidak fokus, lesu, prestasi akhirnya menurun,” ucap Rizki.

Mencegah Defisiensi Zat Besi

Guna mencegah permasalahan defisiensi zat besi, Rizki menyebut orang tua perlu memberikan protein hewani pada anaknya. Mulai dari daging merah hingga sea food seperti ikan.

“Bisa dengan daging merah. Atau enggak bisa juga dengan ikan-ikan laut,” tutur Rizki

Selain itu, dia menyebut pangan terfortifikasi juga dapat menjadi pilihan untuk memenuhi zat besi pada anak. Beberapa contoh pangan terfortifikasi, yakni susu yang diperkaya zat besi, sereal sarapan, dan roti yang ditambahkan nutrisi.

Pangan terfortifikasi adalah makanan yang telah diperkaya dengan nutrisi tambahan, seperti zat besi, untuk membantu memenuhi kebutuhan gizi harian. Selain itu, pangan terfortifikasi sudah diformulasikan, sehingga mengandung makronutrien dan mikronutrien yang dibutuhkan anak.

"Kalau makanan terfortifikasi itu kan sudah diformulasi ya. Jadi sebenarnya di bagian makanan itu dia ada makronutrien dan mikronutrien. Zat besi itu dia salah satu dari mikronutrien," ungkap Rizki.
 
Baca Juga: 

Pemerintah Intervensi Penanganan Stunting Lewat Program Genting


Hal senada disampaikan Dokter Gizi Medik, dr. Dian Novita Chandra, M.Gizi. Dia mengatakan penambahan susu pertumbuhan yang diperkaya dengan zat besi dapat meningkatkan pemenuhan kecukupan asupan zat besi harian anak.

“Kurangnya konsumsi makanan yang kaya zat besi serta rendahnya penyerapan zat besi dalam tubuh bisa meningkatkan risiko defisiensi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan anak mendapatkan asupan zat besi yang cukup melalui pola makan seimbang,” ujar dia.

Dian merekomendasikan sumber makanan kaya zat besi yang berasal dari protein hewani, seperti telur, ayam, daging sapi, dan ikan. Selain itu, zat besi lebih baik diserap oleh tubuh jika dikombinasikan dengan vitamin C.

“Salah satu cara untuk mengoptimalkan penyerapan zat besi adalah dengan mengkombinasikannya dengan vitamin C, yang dapat meningkatkan penyerapannya hingga dua kali lipat,” ujar dia.

Selain melalui makanan, pemenuhan zat besi dapat didukung dengan konsumsi makanan lain yang telah difortifikasi dengan zat besi. Susu pertumbuhan yang telah diperkaya dengan zat besi juga bisa diberikan.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Achmad Zulfikar Fazli)