Jakarta: Israel meluncurkan serangan balasan ke Iran pada Sabtu, 26 Oktober 2024, pagi. Serangan tersebut dinilai Israel semakin serius untuk menuntaskan semua pihak yang dianggapnya sebagai musuh.
"Saya melihat rupanya Israel cukup serius ya untuk menuntaskan pihak-pihak yang dianggap musuh," ujar Ahli Kajian Timur Tengah dari Universitas Bina Nusantara (Binus) Tia Mariatul Kibtiah, dalam program Breaking News Metro TV.
Sikap keseriusan itu sudah ditunjukkan saat operasi militer mereka berhasil menewaskan Hashem Safieddine, calon pemimpin Hizbullah. Organisasi politik di Lebanon yang cukup keras mendukung Hamas.
Kemudian Israel juga serius ingin 'menyelesaikan' Gaza. Termasuk juga Yaman. Negara tersebut juga mendapatkan serangan Israel.
"Saya melihat bahwa Israel untuk kali ini sejak 7 Oktober itu, betul-betul serius menuntaskan permasalahan orang-orang yang dianggap mengganggu eksistensi negara Yahudi di tanah Palestina," ujar Tia.
Tia khawatir serangan Israel ke Iran ini hanya untuk mencari perhatian dunia internasional saja. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka mampu memberikan serangan balasan balik ke Iran.
Pada satu sisi, Tia meyakini Israel belum punya keberanian untuk menyerang pusat nuklir yang dimiliki Iran. Jika sampai itu terjadi, Israel bisa dalam posisi yang sangat berbahaya.
"Pasti Iran tidak akan diam. Iran juga punya sekutu dalam politik global. Ada Rusia dan Tiongkok," ucapnya.
Seperti diketahui, Israel melancarkan "serangan tepat sasaran" terhadap target militer
Iran sebagai balasan atas "serangan terus-menerus selama berbulan-bulan dari rezim di Iran" terhadap negara Yahudi tersebut, kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Sabtu pagi, 26 Oktober 2024.
IDF mengatakan bahwa pihaknya ‘berhak’ dan 'kewajiban' untuk menanggapi serangan Iran pada awal Oktober.
Ledakan keras terdengar di Iran pada Sabtu, lapor media lokal, yang mengklaim bahwa itu adalah kemungkinan dimulainya serangan balasan Israel terhadap peluncuran rudal balistik yang dilakukan Iran pada 1 Oktober.