Jakarta: Belakangan ini, kasus penganiayaan di tempat penitipan anak atau daycare semakin mencuat. Kasus-kasus bermunculan dari Depok, Jawa Barat, dan Pekanbaru, Riau. Kasus terbaru di Pekanbaru melibatkan seorang ibu yang melaporkan pengasuh daycare karena anaknya diikat di kursi dan mulutnya ditutup lakban, serta tidak diberi makan.
Menurut Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru, Kompol Bery Juana Putra, Kepolisian sudah menetapkan satu orang tersangka terhadap kasus ini. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau yang akrab dipanggil Kak Seto menyindir kepolisian tidak sigap dalam memproses kasus ini, meski pada akhirnya pelaku dan orang tua korban berdamai.
“Kami sudah melakukan kunjungan dan desakan kepada Polres tapi sampai sekarang belum diproses. Begitu pula kami mendatangi Polresta, menemui Pemberdayaan Perempuan dan Anak (PPA) dan kembali mendesak bahwa ini bukan delik aduan. Meskipun tidak ada pengaduan hukum harus ditegakkan,” ujar Kak Seto.
Kekerasan terhadap anak di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Menurut data, hingga Juni 2024, sudah ada lebih dari empat ribu kasus kekerasan terhadap anak. Temuan ini memunculkan kekhawatiran tentang perlunya regulasi dan pengawasan yang lebih ketat terhadap
daycare.
“Indonesia sesungguhnya punya standar nasional Indonesia (SNI) yang baru dikeluarkan pada 2024 yang berkaitan dengan taman asuh ramah anak, ini untuk memastikan semua lembaga-lembaga memenuhi syarat yang diharapkan menjadi perlindungan terhadap hak anak,” ungkap Deputi Perlindungan Anak Kemen PPPA, Nahar.
Langkah Orang Tua Lindungi Anak
Penting bagi orang tua untuk melakukan riset sebelum memilih
daycare. Beberapa hal yang perlu diperhatikan termasuk reputasi
daycare, sarana-prasarana, kebijakan penanganan anak sakit, dan kualitas pengasuh. Selain itu, orang tua disarankan untuk berbicara secara rutin dengan anak mengenai pengalamannya di
daycare. Wiwit, selaku orangtua menjelaskan bagaimana dirinya menyeleksi tempat penitipan anak yang baik.
“Saya lihat apakah aktivitas di
daycare itu mengajari anak, biasanya kalau anak punya kegiatan belajar sambil bermain itu bagus, saya juga memerhatikan apakah anak memiliki trauma terhadap kakak pendampingnya. Kalau anak sudah bisa bercerita usahakan tanya pengalaman anak selama di
daycare” kata Wiwit.