Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Muhammad Wafid menjelaskan penyebab meletusnya Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Wafid menyampaikan tipe letusan Gunung Lewotobi Laki-laki adalah tipe strombolian. Wafid mengatakan adanya perbedaan tipe letusan sepanjang 2024 dengan letusan pada Senin, 4 November 2024.
"Hingga kejadian terakhir bulan Januari tahun ini, tipe letusannya adalah tipe strombolian tidak terlalu jauh dia hanya di sekitar puncak saja, yang terjadi kemudian diikuti oleh lelehan lava. Pada aktivitas awal November aktivitas gempa dalamnya itu dominan sedangkan gempa dangkalnya itu ada tapi relatif kecil. Ini kemudian diikuti secara cepat terjadinya letusan yang terjadi Minggu, 3 November 2024, pukul 23.57 WITA. Dan disusul pada Senin, 4 November 2024, Pukul 01.27 WITA dengan letusan eksplosif yang berbeda dengan karakteristik sebelumnya," jelas Wafid dalam Program Metro Siang, Metro Tv, Selasa, 5 November 2024.
Gunung Lewotobi Laki-laki juga diklasifikasikan sebagai gunung api kelas A yang memiliki catatan sejarah letusan sejak tahun 1600. Gunung api kelas A masih menghasilkan magma dan masih memiliki kemungkinan untuk mengalami erupsi. Erupsi pada Januari-Februari bertipe strombolian, yaitu semburan lava pijar dari magma dangkal. Hal ini menyebabkan sumbatan pada pipa vulkanik atau konduit.
"Konduit yang tersumbat itulah yang menyebabkan penurunan erupsi pada November. Perbedaan kuantitas gempa dalam dan gempa dangkal juga menandakan migrasi magma dari dalam ke atas permukaan. Sementara aktivitas erupsinya berkurang. Kami menyimpulkan telah terjadi sumbatan yang merupakan karakterisitik baru yang belum terjadi sebelumnya di Gunung Api Lewotobi Laki-laki," kata Wafid.
Karakteristik baru berupa penyumbatan ini menurut Wafid menyebkan letusan bertipe eksplosif pada Senin kemarin. Dengan adanya perubahan karaktersitik erupsi dari Gunung Lewotobi Laki-laki, Badan Geologi akan terus mengkaji dan mengevaluasi.
"Kami akan melakukan kajian dan evaluasi terus. Hal ini terjadi begitu cepat dari
monitoring peralatan kemudian terjadi peningkatan gempa, penurunan erupsi, dan tiba-tiba terjadi letusan. Ini menjadi tantangan bagi kami di Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk melakukan pemantauan seperti apa," ucapnya.
Badan Geologi tidak hanya akan menyiapkan alat-alat pantau tetapi juga menyiapkan pos pengamatan gunung api yang representatif. Wafid juga menyebut Badan Geologi telah menyiapkan rencana kerja hingga 2029.
"Kami tidak hanya akan menyiapkan alat-alat pantau. Kami juga akan meniapkan pos pengamatan gunung api yang representatif untuk semuanya. Bahkan kami sudah menyiapkan
roadmap hingga 2029. Insya allah semuanya sudah dapat kami tingkatkan, sistem pemantauan, alat
monitoring, sumber daya manusia yang mumpuni, pos gunung api," pungkas Wafid.