1 July 2025 19:18
Pengamat Timur Tengah Dina Sulaiman mengaku pesimis gencatan senjata antara Hamas dan Israel tercapai pada pekan depan. Pasalnya, Amerika Serikat (AS) sudah berkali-kali memediasi keduanya, namun prosesnya dilakukan dengan tidak adil.
"Saya pikir kembali melihat bagaimana Amerika sudah memihak Israel sangat pesimis bahwa akan terjadi gencatan senjata yang permanen dan perdamaian yang abadi yang diimpikan oleh bangsa Palestina," kata Dina dalam tayangan Metro Hari Ini, Metro TV, Selasa, 1 Juli 2025.
AS, kata Dina, sering kali tidak memedulikan tuntutan dari pihak Palestina. Mereka selalu memberikan konsesi yang lebih besar kepada Israel.
"Perjanjian gencatan senjata selama ini memang tidak sustainable. Dia (AS) hanya meredakan kekerasan sementara," ujarnya.
Dina mengungkap bahwa setelah adanya gencatan senjata antara Hamas-Israel, tak lama kemudian Israel kembali menyerang wilayah Palestina. Pola itu masih kerap dilakukan Israel hingga saat ini.
"Saya pikir motif Trump ketika menyatakan bahwa seminggu lagi atau dua minggu lagi akan ada gencatan senjata. Sebenarnya itu untuk kepentingan politik dalam negerinya sendiri. Keinginan untuk menunjukkan bahwa dia adalah presiden yang mampu untuk menyelesaikan situasi yang sangat sulit ini," jelasnya.
Baca juga: Trump Berharap Gencatan Senjata Gaza Dapat Tercapai dalam Sepekan |