Jakarta: Indonesia dikenal sebagai negara Cincin Api atau Ring of Fire karena letaknya yang strategis di pertemuan lempeng tektonik aktif di Samudra Pasifik.
Karena itu, Indonesia sering mengalami aktivitas letusan gunung api dan gempa bumi, rawan cuaca ekstrem, banjir, hingga longsor.
Jumlah bencana alam di tanah air pada 2024 terjadi sebanyak 2.107, sementara pada 2025 dari Januari hingga Agustus telah terjadi sebanyak 2.056 bencana alam.
Terbaru, gempa magnitudo 5,8 mengguncang Poso, Sulawesi Tengah pada Minggu, 17 Agustus 2025. Episenter gempa terletak pada koordinat 1,27 derajat lintang selatan 120,75 derajat bujur timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 13 kilometer arah barat laut Kota Poso pada kedalaman 10 kilometer.
Anggaran penanggulangan bencana dipangkas
Namun ancaman bencana alam yang sering terjadi berbanding terbalik dengan anggaran penanggulangan yang dipangkas sekitar 30%-50%.
Seperti diketahui, anggaran
BMKG dipangkas dari Rp2,8 triliun menjadi Rp1,4 triliun, anggaran
BNPB dari Rp1,4 triliun dipangkas menjadi Rp956 miliar, dan anggaran Basarnas dari Rp1,497 triliun menjadi Rp1,011 triliun.
Pemangkasan anggaran di
Basarnas membuat sejumlah pengadaan alutsista ditunda atau ditiadakan, seperti pengadaan drone, ROV (drone bawah laut, long range radar, dan handles sonar.
baca juga: Satu Orang Meninggal Akibat Gempa Poso |
Sementara pemangkasan anggaran juga membuat program strategis penanganan bencana dikurangi, seperti bimbingan teknis relawan di kawasan rawan bencana disinkronisasi dan kegiatan kesiapsiagaan operasi disesuaikan.
Menanggapi hal tersebut, anggota Komisi VIII DPR RI Ketut Kariyasa Adnyana menyatakan bahwa kondisi saat ini dirasakan lebih berat di banding pada masa covid-19.
"Saya membayangkan waktu covid-19 sudah saya anggap paling berat untuk mengelola dana APBN. Tapi sekaran ternyata jauh lebih berat. Ketika situasi normal, ini kok malah terjadi pengurangan begitu beratnya.
Sumber: Redaksi Metro TV