Kasus keracunan massal kembali terjadi dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah daerah. Kali ini, ratusan siswa di Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar), serta puluhan siswa di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), mengalami gejala keracunan usai menyantap menu MBG di sekolah.
Di Garut, misalnya. Sebanyak 131 siswa dari tiga sekolah di Kecamatan Kadungora dilaporkan mengalami keracunan massal. Para siswa dilarikan ke Puskesmas Kadungora untuk mendapatkan perawatan medis. Beberapa di antaranya bahkan harus dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan lebih intensif.
Bupati Garut, Abdus Stakur Amin, mengatakan dugaan sementara penyebab keracunan berasal dari olahan susu.
“Kalau dugaan sih mungkin saja dari susu. Tapi validnya kita tunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut,” ujar Abdus, dalam program Prioritas Indonesia Metro TV, Rabu, 1 Oktober 2025.
Sementara itu, di Kabupaten Semarang, sekitar 20 siswa SD Negeri Ungaran 1 mengalami sesak napas, mual, dan muntah setelah menyantap makanan MBG pada Selasa siang. Para siswa yang berasal dari kelas 2, 3, 4, dan 5 segera mendapatkan penanganan medis dari puskesmas setempat.
Kepala Sekolah SDN Ungaran 1, Irmayani, mengatakan pihaknya langsung berkoordinasi dengan tenaga kesehatan begitu gejala muncul pada beberapa siswa.
“Kami minta guru untuk segera koordinasi dengan puskesmas agar ditangani secepatnya. Setelah itu, pihak dinas kesehatan dan SPPG juga datang untuk memberikan penanganan,” katanya.
Kasus ini menambah daftar panjang insiden keracunan makanan dalam program MBG yang tengah digencarkan pemerintah sebagai upaya perbaikan gizi anak bangsa.
BGN Minta Maaf
Sebelumnya,
Wakil Kepala BGN Nanik S Deyang, menangis merespons banyaknya kejadian keracunan akibat makanan dari program MBG. Nanik mengungkap kesedihan atas insiden tersebut.
"Kami mohon maaf, saya seorang ibu, melihat gambar (anak keracunan) di video sedih hati saya," kata Nanik sambil menangis, Jumat, 26 September 2025.
Nanik menegaskan dirinya sebagai ibu yang setres jika anaknya sakit. Apalagi, melihat kejadian ini.
"Tentu kami bertanggung jawab penuh atas semua kesalahan, maka seluruh biaya dari anak-anak dan juga kalau ada ortu yamg mungkin ikut makan, kami bertanggung jawab penuh dan membiayai semuanya atas apa yang terjadi," tegas Nanik.
Ke depan, dia tak mau menoleransi kelalaian terkait hal ini. Sehingga, tak ada lagi insiden keracunan berulang.
"Ini karena 80 persen SOP dari kami tidak dijalankan oleh mitra," tegas Nanik.
(Muhammad Fauzan)