Ekonomi Kian Lemah, Warga RI 'Makan Tabungan'

27 September 2024 14:10

Pelemahan ekonomi yang melanda Indonesia membuat masyarakat, khususnya nasabah perbankan, terpaksa mengambil atau memakan uang tabungan mereka demi menutupi biaya kebutuhan mereka sehari-hari. Namun, ada secercah harapan dari penurunan suku bunga bank sentral terhadap perbaikan perekonomian masyarakat. Mampukah stimulus tersebut mampu melawan tantangan perekonomian seperti penurunan sektor manufaktur dan ancaman PHK? 

Makan tabungan adalah suatu kondisi dimana dana tabungan masyarakat atau nasabah terus tergerus untuk memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan catatan Lembaga Penjamin Simpanan, saldo rata-rata kelompok rekening dengan saldo di bawah Rp100 juta pada Juni 2024 adalah Rp1,5 juta. Angka ini turun dibandingkan 2019 sebesar Rp3 juta.
 

Baca: 
Bedah Editorial MI: Cegah Bom Waktu Kelas Menengah

Di tengah situasi ini, ada sedikit secercah harapan dari turunnya suku bunga, baik dari bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve atau dari Bank Indonesia. Sebagaimana dikatakan Chief Economist Bank Mandiri, Andry Asmoro yang menyebutkan bahwa penurunan suku bunga ini bisa memberikan sedikit ruang bagi masyarakat untuk meningkatkan konsumsi atau menambah tabungan. 

"Penurunan suku bunga acuan bisa kemudian menurunkan cost of borrowing. Artinya ada keleluasaan. Misal biasa bayar cicilan Rp1 juta, sekarang bisa Rp800 ribu. Ada kelonggaran Rp200 ribu untuk extra spending atau extra saving," kata Andry. 

Meskipun ada harapan dari penurunan suku bunga, tetapi kita juga sekarang dihadapkan pada berbagai tantangan. Di antaranya pelemahan sektor manufaktur dan automasi yang bisa memicu hilangnya 85 juta pekerjaan tahun depan. Sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo.

"Peningkatan otomasi di berbagai sektor kerja, semua sekarang ini mulai masuk ke sana semua, awal kita masih otomasi mekanik, kemudian muncul AI, muncul otomasi analitik. Setiap hari muncul hal-hal baru, dan kalau kita baca 2025 pekerjaan yang akan hilang itu ada 85 juta sebuah jumlah yang tidak kecil. Kita dituntut untuk buka lapangan kerja justru di 2025, 85 juta pekerjaan akan hilang karena tadi adanya peningkatan otomasi di berbagai sektor," ujarnya.

Penurunan tingkat suku bunga memang memberikan harapan akan perbaikan ekonomi. Namun ketika dihadapkan pada perlambatan ekonomi global, automasi, dan gig ekonomi yang mengancam pasar tenaga kerja, sepertinya masyarakat harus memikirkan strategi yang lebih jitu untuk menyelamatkan kantong mereka masing-masing.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Sofia Zakiah)