Ekonomi digital Asia Tenggara berkembang sangat pesat. Salah satunya Indonesia sebagai penopang terutama dalam pertumbuhan sektor financial technology (fintech). 
Bank Indonesia (BI) bersinergi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui FEKDI x IFSE 2025. Tujuannya untuk mempercepat transformasi digital nasional dan memperkuat ekosistem keuangan digital.
Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Dudi Dermawan mengatakan pengunjung sangat antusias datang ke FEKDI x IFSE 2025. Jika melihat ke belakang, Indonesia kini diuntungkan dengan posisi bonus demografi. 
"Generasi milenial dan gen z hampir mendominasi sekitar 50% atau 145 juta, belum generasi alfa yang sudah mencapai 10%. Otomatis ini akan merubah perilaku dari transaksi itu sendiri," kata Dudi, dikutip dari tayangan Zona Bisnis, Metro TV, Jumat, 31 Oktober 2025. 
 
Dudi juga mengungkap bahwa pertumbuhan machine learning (pembelajaran mesin) dan 
Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan) sangat berdampak besar pada perilaku manusia. Salah satu contoh nyatanya adalah penggunaan 
Quick Response Code Indonesian Standard (
QRIS). 
"Untuk transaksi QRIS sendiri, kami ini menargetkan sekitar 6 miliar transaksi untuk tahun 2025. Ternyata sampai Oktober ini sudah mencapai lebih dari 11 miliar transaksi. Kemudian kita punya target merchant itu sekitar 40 juta. Sekarang sudah lebih dari 41 juta," ungkapnya. 
Sementara dari target pengguna 
merchant, BI menargetkan 38 juta. Target tersebut kini telah tercapai. 
"Artinya, inklusivitas dan kebutuhan masyarakat untuk bertransaksi secara cashless sangat luar biasa mengakomodasi dari transaksi ini," ujar Dudi. 
Lalu, nilai transaksi melalui layanan transfer dana 
Bank Indonesia Fast Payment (BI-FAST) juga mengalami peningkatan. Total transaksi BI-Fast telah mencapai lebih dari 1,5 miliar transaksi. 
"Jadi itulah akselerasi dari ekonomi digital yang kita harapkan bisa mendorong ekonomi lebih maju ke depannya," pungkasnya.