Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil mencetak rekor tertinggi baru sepanjang sejarah dengan dibuka menguat di level 8.065 pada perdagangan Kamis, 18 September 2025. Penguatan ini didorong oleh tiga sentimen positif utama, yakni kebijakan pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed), serta paket stimulus ekonomi dari pemerintah.
Hingga pertengahan sesi pertama, IHSG terpantau bergerak di level 8.046 dengan nilai transaksi mencapai Rp3,8 triliun. Analis pasar saham memproyeksikan tren penguatan IHSG akan berlanjut sepanjang hari, meskipun investor perlu mewaspadai aksi ambil untung (profit taking).
Kebijakan Moneter Jadi Katalis Utama
Langkah Bank Indonesia memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi katalis utama penguatan pasar. Kebijakan yang di luar prediksi pasar ini dinilai mengindikasikan sikap BI yang pro-pertumbuhan di tengah tingkat inflasi yang masih terjaga rendah.
Sentimen positif juga datang dari kebijakan
The Fed yang turut memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Langkah ini diambil merespons data pasar tenaga kerja Amerika Serikat yang cenderung melemah.
Stimulus Pemerintah dan Pergerakan Sektoral
Selain dari sisi moneter, paket stimulus ekonomi 8+4+5 yang digulirkan pemerintah turut memberikan angin segar bagi pasar. Stimulus yang mencakup bantuan pangan dan diskon iuran
BPJS Ketenagakerjakan ini diharapkan mampu menjaga daya beli masyarakat.
Pada perdagangan pagi ini, penguatan IHSG ditopang oleh beberapa sektor, terutama sektor teknologi yang melesat 3,84 persen. Sektor lain yang turut menghijau adalah sektor energi sebesar 0,65 persen dan infrastruktur yang naik 0,46 persen.
Meskipun demikian, investor terlihat masih melakukan aksi ambil untung pada beberapa saham unggulan. Hal ini terlihat dari pelemahan saham di sektor keuangan, yang mengindikasikan penguatan IHSG hari ini akan bergerak terbatas.
(Daffa Yazid Fadhlan)