Zein Zahiratul Fauziyyah • 17 September 2025 13:41
Jakarta: Ular dikenal dengan kulit bersisiknya yang khas yaitu kering, halus, dan penuh corak. Namun, ada satu fakta menarik yang sering membuat banyak orang penasaran. Ular secara rutin berganti kulit sepanjang hidupnya. Fenomena ini bukan sekadar tampilan dramatis, melainkan bagian penting dari siklus hidup mereka.
Kulitnya tidak ikut tumbuh bersama tubuh
Mengutip
A-Z Animals, alasan utama ular berganti kulit adalah karena kulitnya tidak ikut tumbuh bersama tubuh. Seiring ular membesar, kulit lama akan terasa sempit sehingga harus dilepaskan. Pergantian kulit juga membantu menghilangkan parasit berbahaya seperti tungau dan caplak, serta memungkinkan ular muda tumbuh lebih besar setiap kali siklus ini terjadi. Jumlah sisik ular tidak bertambah, namun ukuran sisiknya akan membesar seiring
pertumbuhan tubuh.
Proses pergantian kulit pun memiliki tanda-tanda khusus. Mengutip
Blue Planet Aquarium, sebelum berganti kulit, warna tubuh ular biasanya tampak kebiruan, sementara matanya terlihat buram karena tertutup lapisan kulit baru. Pada fase ini, ular cenderung bersembunyi di tempat aman, menghindari gangguan karena penglihatannya terganggu. Untuk melepaskan kulit lama, ular menggesekkan tubuh pada permukaan keras seperti batu atau batang pohon. Beberapa
spesies bahkan dapat melakukannya di dalam air.
Apakah pergantian kulit menyakitkan?
Lalu, apakah pergantian kulit menyakitkan? mengutip
The Forest Preserve District of Will County, proses ini tidak menimbulkan rasa sakit. Hal ini karena adanya lapisan pelumas di antara kulit lama dan yang baru, yang mempermudah proses pelepasan tanpa melukai tubuh
ular.
Kapan Ular berganti kulit?
Frekuensi pergantian kulit berbeda-beda, tergantung usia, spesies, lingkungan, status reproduksi, hingga pola makan. Ular muda bisa berganti kulit setiap beberapa minggu sekali, sementara ular dewasa hanya melakukannya beberapa kali dalam setahun. Contohnya, ular piton bola dewasa rata-rata berganti kulit setiap empat hingga enam minggu, sedangkan ular tikus hanya beberapa kali dalam setahun.
Ular yang sedang hamil atau mendapat asupan makanan cukup juga cenderung lebih sering berganti kulit.
Menariknya, ular bukan satu-satunya hewan yang mengalami proses ini. Laba-laba, serangga, hingga krustasea juga berganti lapisan luarnya untuk mengakomodasi pertumbuhan.
Tarantula, misalnya, melepaskan kerangka luarnya setiap tahun, sementara belalang hanya melakukannya pada fase nimfa. Kepiting juga dikenal melepas lapisan terluar cangkangnya, baik untuk bertumbuh maupun menyingkirkan parasit yang menempel.
Dengan demikian, pergantian kulit pada ular tidak sekadar
fenomena biologis, melainkan juga strategi alam untuk bertahan hidup. Proses ini menjaga kesehatan, mendukung pertumbuhan, sekaligus menjadi salah satu mekanisme penting agar ular tetap bisa beradaptasi dengan lingkungannya.
Jangan lupa saksikan
MTVN Lens lainnya hanya di Metrotvnews.com.