Menko Airlangga: Kami Nego agar Tarif Indonesia Setara Vietnam

28 April 2025 18:30

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut pihaknya telah bernegosiasi dengan perwakilan Amerika Serikat (AS) perihal tarif resiprokal. Ia meminta komoditas ekspor utama Indonesia dapat diberi tarif setara dengan Vietnam atau Bangladesh. Hal itu menurutnya sesuai dengan kesetaraan ekonomi (equal playing field).
 
“Terkait dengan negosiasi tarif dengan Amerika Serikat (AS) dalam negosiasi tersebut kami bertemu dengan US Trade Representative Secretary Commerce, Lutnick Secretary Treasury Basin, Direktur National Economy Council dan juga dengan beberapa dari negara lain,” Kata Airlangga Hartarto dikutip dari Breaking News, Metro TV, Senini, 28 April 2025.
 
“Saya laporkan kepada Bapak Presiden bahwa secara prinsip  apa yang ditawarkan Indonesia dalam bentuk surat yang diajukan tanggal 7 dan tanggal 9 mendapatkan apresiasi dari AS karena surat yang Indonesia masukkan relatif komprehensif. Jadi tidak hanya bicara mengenai tarif, namun juga bicara mengenai non tarif dan juga mengenai  rencana Indonesia menyeimbangkan neraca perdagangan,” tambahnya.
 
Kata Airlangga, negosiasi berlangsung baik dengan penawaran neraca perdagangan yang ditawarkan 19,5. Selain itu. Indonesia akan menjajaki sejumlah investasi baru.

“Jadi kita sebut itu fair and square. Jadi mereka neraca perdagangannya sekitar 19 kita berikan lebih dari 19,5. Jual beli langsung 19,5. Kita juga ada project yang kita akan beli dari AS. Selanjutnya juga terdapat rencana perusahaan Indorama untuk invest USD2 miliar di Louisiana untuk blue ammonia,” sambungnya.
 

Baca: 844 Perusahaan BUMN di Bawah Kendali Danantara
 
“Kemudian terkait dengan critical mineral kemudian juga  terkait dengan  permintaan Indonesia terhadap tarif yang sifatnya resiprokal. Artinya untuk komoditas-komunitas utama Indonesia yang ekspor ke Amerika Indonesia minta agar tarif kita setara dengan negara lain, apakah itu Vietnam apakah itu Bangladesh, sehingga kita dengan yang lain mendapat equal playing field,” jelasnya.
 
Selain soal tarif, Indonesia dan AS melanjutkan kerja samanya dalam pendidikan dan sains. USTR mengapresiasi langkah Indonesia untuk terus berdialog.
 
“Tentu ada hal-hal lain yang sifatnya teknis seperti kerja sama pendidikan, sains, kita terus dorong. Dan dalam posisi ini USTR apresiasi posisi Indonesia untuk terus berdialog dengan mereka. AS menugaskan USTR untuk berunding dengan Indonesia,” katanya.
 
“Indonesia sudah menandatangani nondisclosure agreement . Artinya apa yang sedang kita bahas itu hanya untuk dua belah pihak kita tidak publish ke masyarakat ataupun ke pihak lain. Dan secara geopolitik tentu  Indonesia dianggap  penting oleh Amerika. Presiden memberikan arahan bahwa apa yang kita tawarkan itu adalah win-win solution dan kita tidak membedakan satu negara dengan negara lain. Jadi artinya relatif apa yang kita tawarkan adalah apa yang sedang kita lakukan di dalam negeri, terutama untuk melakukan deregulasi kemudian juga melalui satgas yang dibentuk dan disetujui Presiden Prabowo,” ucapnya.
 
Presiden sudah menyetujui ada tiga satgas yang dibentuk yaitu pertama untuk tidak lanjuti perundingan investasi yaitu Satgas Perundingan, Perdagangan, Investasi, dan Keamanan Ekonomi; kedua Satgas Perluasan Kesempatan Kerja dan Mitigasi PHK; dan Satgas Deregulasi Kebijakan.
  

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Diva Rabiah)