Vatikan: Vatikan bersiap menggelar konklaf untuk memilih pemimpin baru Takhta Suci, menggantikan Paus Fransiskus yang wafat pada 21 April lalu. Sekitar 135 kardinal dari seluruh dunia yang berusia di bawah 80 tahun memenuhi syarat untuk memilih dan dipilih menjadi Paus, termasuk satu-satunya wakil dari Indonesia, Ignatius Kardinal Suharyo.
Untuk bisa menjadi Paus, seorang Katolik harus berstatus sebagai kardinal aktif dan berusia di bawah 80 tahun. Dengan memenuhi kriteria itu, Kardinal Suharyo, yang juga Uskup Agung Jakarta, memiliki hak untuk berpartisipasi dalam proses pemilihan dan bahkan berpeluang terpilih menjadi pemimpin tertinggi Gereja Katolik dunia.
Meski begitu, Kardinal Suharyo menyebut tidak ada persiapan khusus menjelang konklaf. Ia menyinggung sebuah pepatah populer di kalangan kardinal. Menurutnya, pemilihan Paus bukanlah soal ambisi atau jenjang karier, melainkan panggilan spiritual.
"Kalau masuk sebagai calon Paus, biasanya keluar tetap sebagai kardinal," ujar Kardinal Suharyo dikutip dari
Metro Pagi Primetime Metro TV pada Selasa, 29 April 2025.
"Pemilihan Paus ini sangat berbeda dengan pemilihan kepala negara. Dipilih menjadi Paus bukan hanya soal suara para kardinal. Ada unsur ilahi yang diyakini hadir dalam proses ini," ujar Kardinal Suharyo.
Ia juga menjelaskan bahwa ketika para kardinal memasuki ruang konklaf, dalam bahasa Latin
conclavis yang berarti dengan kunci. Segala hal yang terjadi di dalamnya bersifat sangat rahasia dan tidak boleh dibocorkan ke luar.
Sejumlah nama telah mencuat sebagai kandidat kuat, di antaranya Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina, Kardinal Peter Turkson dari Ghana, Kardinal Peter Erdo dari Hungaria, serta Kardinal Pietro Parolin dari Italia. Siapa pun yang terpilih, ia akan memikul mandat besar sebagai pemimpin spiritual umat Katolik sedunia di tengah zaman yang terus berubah.
(Tamara Sanny)