Setelah Alot 10 Tahun, Indonesia-Uni Eropa Teken Kesepakatan IEU-CEPA

Nusa Dua: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto resmi menandatangani berkas kesimpulan substansial IEU CPA bersama dengan Komisioner Perdagangan dan Keamanan Uni Eropa Maros Sefcovic, di Nusa Dua, Bali. 

Setelah sempat alot selama 10 tahun perundingan, kedua negara menyepakati sejumlah poin dalam kesepakatan mitra dagang, sebagai solusi saling menguntungkan di tengah kondisi ekonomi global yang bergejolak.

Maros menyebut Indonesia merupakan mitra dagang Uni Eropa yang memiliki pangsa pasar dan konsumen terbesar di regional Asia Tenggara. 

Pada 2024, ekspor Indonesia ke Eropa menyentuh 9,7 miliar Euro. Mendukung lebih dari 15 UMKM serta menciptakan lapangan kerja.

"Dan perjanjian ini mencerminkan tidak hanya kerja keras tanpa pamrih dari tim-tim yang berdedikasi. Jadi sekali lagi, terima kasih banyak kepada kepala negosiator kami," ujar Maros, dalam program Zona Bisnis Metro TV, Kamis, 25 September 2025.
 

Baca Juga:  Pemerintah Mau Percepat Implementasi IEU-CEPA

Sementara itu, Airlangga menjelaskan bahwa setelah ratifikasi, perjanjian IEU CEPA ditargetkan mulai berlaku paling cepat pada 1 Januari 2027. 

Realisasi perjanjian itu berpeluang besar untuk meningkatkan neraca perdagangan ke Uni Eropa. Dari yang saat ini angkanya sekitar USD30 miliar, diperkirakan akan menyentuh angka USD60 miliar dalam lima tahun ke depan. 

"Ini merupakan kolaborasi antara 723 juta penduduk dari kedua pihak dan nilai ekonominya adalah USD21 triliun. Jadi, ada banyak peluang dan masa depan yang bergantung pada blok besar ini," kata Airlangga.

Implementasi IEU CEPA diharapkan akan membuka peluang besar bagi peningkatan daya saing produk Indonesia, di mana terdapat lebih dari 98 persen tarif akan dihapuskan, sehingga komunitas unggulan Indonesia akan semakin kompetitif di pasar Eropa. 

Awal implementasi ekspor Indonesia ke Uni Eropa diproyeksikan dapat meningkat signifikan hampir 60 persen, serta menciptakan lapangan kerja baru.