Sound Horeg: Budaya atau Gangguan Sosial?

Al Abrar • 31 July 2025 19:48

Jakarta: Sound horeg, lebih dari sekedar volume besar, kini berkembang menjadi fenomena sosial tersendiri, bahkan memiliki komunitas dan perlombaan khusus dalam merakit sound system yang paling “nendang”.

Di sejumlah wilayah, khususnya di Jawa Timur, sound horeg tak bisa dilepaskan dari kehidupan kampung. Ia hadir meramaikan acara seperti hajatan, pasar malam, hingga acara-acara lokal lainnya. Bagi sebagian masyarakat, sound horeg dianggap sebagai bentuk hiburan rakyat yang terjangkau dan inklusif.

Namun di sisi lain, tidak sedikit pula masyarakat yang menganggap sound horeg sebagai gangguan. Suara keras yang memekakkan telinga, kerap diputar hingga larut malam, menimbulkan keresahan di kalangan warga.

Fenomena sound horeg yang kian menjamur di berbagai wilayah, dinilai bukan bagian dari budaya. Dosen Sosiologi Universitas Brawijaya Malang, Didid Haryadi, menegaskan tren ini lebih tepat disebut sebagai hiburan sesaat yang lahir dari keterbatasan akses masyarakat terhadap ruang publik.
 

Baca Juga: Pengusaha Sound Horeg Deklarasi Ubah Nama Jadi Sound Karnaval Indonesia

“Fenomena sound horeg ini mencuat karena makin sempitnya akses masyarakat terhadap ruang publik yang ramah, seperti taman kota, ruang bermain anak, atau tempat hiburan rakyat,” ujar Didid, Senin, 28 Juli 2025.

Fenomena ini pun memunculkan dua sisi: di satu sisi sebagai ekspresi budaya rakyat, di sisi lain sebagai potensi sumber konflik sosial karena kebisingannya.

Lantas, bagaimana menurut kamu? Apakah sound horeg pantas disebut sebagai budaya, atau justru perlu dibatasi karena meresahkan?

Saksikan MTVN Lens lainnya hanya di Metrotvnews.com.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Christian Duta Erlangga)