Ribuan Warga Unjuk Rasa No Kings di Los Angeles Tolak Kebijakan Trump

16 June 2025 18:55

Los Angeles: Ribuan orang berkumpul di depan Balai Kota Los Angeles untuk menggelar aksi unjuk rasa menentang kebijakan pemerintahan Donald Trump. Aksi yang mengusung nama gerakan No Kings ini terjadi setelah pemerintah mengerahkan lebih dari 4.000 marinir, dan pasukan Garda Nasional ke kota tersebut pada awal pekan ini.

Situasi sempat memanas ketika aparat kepolisian menembakkan gas air mata, dan memukul mundur massa. Sejumlah petugas berkuda juga dikerahkan untuk menghadang para demonstran.

Unjuk rasa ini menyedot perhatian warga dari berbagai wilayah, termasuk Margie Hakel, seorang warga dari Pasadena. Ia mengaku khawatir dengan nasib tetangganya yang memiliki keluarga imigran.

"Mereka takut. Ini bukan Amerika yang saya kenal. Saya merasa malu. Tapi saya tetap berharap pada semua orang yang menentang gerakan buruk ini," ujar Margie dikutip dari Metro Siang Metro TV pada Senin, 16 Juni 2025.
 

Baca Juga: 5 Warga Negara Ukraina Tewas dalam Serangan Iran ke Israel
 

Sementara itu, Christina Joubert, warga Los Angeles yang baru pertama kali ikut demonstrasi, menyatakan keprihatinannya terhadap perpecahan yang terjadi di bawah pemerintahan Trump.

"Saya datang untuk menunjukkan solidaritas, bukan hanya untuk Amerika, tapi untuk nilai-nilai kemanusiaan secara global. Pemimpin sejati adalah yang memperjuangkan nilai kemanusiaan," ujarnya.

Unjuk rasa ini merupakan bagian dari gerakan nasional bertajuk 50501, yang merupakan singkatan dari 50 negara bagian, 50 protes, dan satu gerakan. Aksi serupa rencananya akan digelar di hampir 2.000 lokasi di seluruh Amerika Serikat.

Para peserta membawa spanduk yang menyerukan demokrasi, dukungan terhadap hak imigran, dan kritik terhadap kebijakan Presiden Trump. Di beberapa titik, panitia juga membagikan bendera Amerika berukuran kecil kepada peserta.

Demonstrasi ini muncul sebagai respons atas gelombang penggerebekan imigrasi oleh aparat federal yang dimulai sejak minggu lalu. Semakin memicu gelombang penolakan terhadap kebijakan imigrasi yang dinilai otoriter.

(Tamara Sanny)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Nopita Dewi)