Tiga minggu pascabencana banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang tiga provinsi di Sumatra yakni Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, kondisi di lapangan masih memprihatinkan. Masih banyak wilayah yang terisolasi akibat infrastruktur yang rusak dan terputus.
Update Korban Jiwa Bencana Sumatra
Berdasarkan data terbaru, Kamis 18 Desember 2025, total korban tewas mencapai 1.060 orang. Provinsi Aceh mencatat angka kematian tertinggi dengan 451 jiwa, diikuti Sumatra Utara sebanyak 364 jiwa, dan Sumatra Barat sebanyak 244 jiwa. Jumlah ini berpotensi meningkat, mengingat sekitar 200 orang masih dalam pencarian.
Bencana banjir bandang dan longsor juga menyebabkan kerusakan besar dengan 158.049 rumah rusak, sebagian besar rumah rusak dengan kategori berat. Serta lebih dari 600.000 warga masih mengungsi.
Sejumlah Wilayah di Aceh Masih Terisolasi
Meskipun sudah memasuki pekan ketiga, sejumlah wilayah di bagian tengah Aceh masih terisolasi akibat infrastruktur jalan dan jembatan yang putus total. Kabupaten Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues menjadi wilayah yang paling terdampak isolasi.
Kondisi ini memicu krisis logistik. Jalur perdagangan yang lumpuh membuat warga kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, dan telur. Distribusi bantuan dari Banda Aceh maupun Medan pun terhambat medan yang rusak parah.
Perbaikan Infrastruktur dan Akses Jalan
Kabar baik datang dari Kabupaten Bireuen. Tim Zipur Kodam Iskandar Muda telah merampungkan pembangunan Jembatan Bailey yang menghubungkan Bireuen dengan Takengon dan Bener Meriah. Warga menyambut antusias pulihnya akses ini setelah hampir tiga pekan terputus.
Sementara itu, di Sumatra Barat, Jalan Lintas Malibo Anai di Kabupaten Tanah Datar mulai dibuka secara terbatas untuk kendaraan roda empat. Kendaraan hanya diperbolehkan melintas pada pukul 16.00 hingga 09.00 WIB. Di luar jam tersebut, jalur ditutup total untuk melanjutkan proses perbaikan permanen yang ditargetkan rampung sebelum libur Natal dan Tahun Baru.
Di sisi lain, Kota Padang Panjang kini telah memasuki masa transisi darurat ke pemulihan. Fokus utama pemerintah daerah setempat adalah membenahi 41 unit rumah warga yang rusak, di mana 23 di antaranya hanyut terbawa arus.
Aksi solidaritas juga terus terlihat, salah satunya di Aceh Tamiang. Di mana personel Polri bersama warga bergotong-royong membersihkan Masjid Raya Al-Furqan dari endapan lumpur tebal agar bisa segera digunakan kembali untuk beribadah.
Gelondongan Kayu Bekas Bencana Resahkan Warga
Di Aceh Tenggara dan Batang Toru, Tapanuli Selatan, warga kini dihantui ancaman baru berupa tumpukan material kayu gelondongan dan lumpur. Material kayu dan lumpur ini merupakan sisa banjir bandang yang terbawa arus deras. Akibatnya aliran sungai menjadi tersumbat dan sebagian kayu berserakan hingga ke pemukiman warga.
Warga sempat khawatir tumpukan kayu ini menjadi ancaman baru jika hujan deras kembali terjadi. Warga pun berharap pemerintah segera mencari solusi karena mereka tak mampu membersihkan kayu-kayu ini sendiri.